BERITASEMBILAN.Com-Makassar. Di tengah keramaian suasana wisuda Unismuh Makassar, Rabu 8 Oktober 2025, ada sosok sederhana yang tak pernah absen hadir.
Namanya Siarni, seorang ibu penjual bakso dan sosis bakar yang setiap kali momen wisuda tiba, menjadikannya hari penuh harapan.
Bagi ribuan wisudawan, orang tua, dan keluarga, hari wisuda adalah puncak kebahagiaan. Namun bagi Siarni, inilah waktu yang paling ditunggu, saat rezeki bisa datang dari kepulan asap bakso bakar dan sosis yang dijajakannya.
Perjalanan Subuh
Siarni tinggal di sekitar GOR Sudiang, Makassar. Setiap kali Unismuh Makassar menggelar wisuda, ia rela berangkat sejak usai salat subuh dari rumahnya di kawasan Sudiang, dengan penuh semangat, dia membawa perlengkapan dagangan: alat pembakaran, bumbu racikan, dan minuman yang sudah disiapkan semalam.
Sesampainya di lokasi, dia segera menata lapak sederhana. Tak ada spanduk besar atau meja megah, hanya meja kecil, tungku pembakaran, dan senyum tulus yang siap menyambut pembeli.
Penopang Hidup
Harga yang ditawarkan Siarni sangat ramah kantong: Rp 5.000 untuk satu tusuk bakso isi tiga biji, Rp 5.000 untuk satu sosis bakar, dan Rp 5.000 untuk sebotol air mineral. Sekilas tampak sederhana, tetapi dari sana dia membiayai kebutuhan rumah tangga dan menyekolahkan anak-anaknya.
Satu kali wisuda, biasanya sekitar 50 tusuk bakso dan sosis habis terjual. Hasil itu mungkin tidak besar, tetapi bagi Siarni, sudah cukup membantu menopang ekonomi keluarga.
Rezeki dan Kebahagiaan
Sejak tahun 2016, Siarni setia berjualan bakso dan sosis bakar. Hari-harinya diisi dengan berjualan di sekitar GOR Sudiang Makassar. Namun, ada kebanggaan tersendiri ketika dia bisa berjualan di arena wisuda Unismuh Makassar.
“Setiap kali wisuda, rasanya bahagia sekali. Bisa ketemu banyak orang, ada yang dari Sulsel bahkan luar daerah. Jadi ada kebanggaan tersendiri,” tuturnya sambil tersenyum.
Kampus Unismuh baginya istimewa. Selain menjadi ladang rezeki, dia merasa diperlakukan dengan baik. Panitia wisuda memberikan kesempatan pedagang kecil untuk berjualan tanpa dipungut biaya dan pajak.
“Unismuh sangat peduli dengan kami. Rasanya seperti diberi ruang untuk ikut menikmati kebahagiaan hari wisuda,” ujarnya.
Penjual Kecil
Meski penuh rasa syukur, Siarni tetap menyimpan harapan. Dia berharap panitia wisuda selalu memberi ruang dan memahami kondisi para pedagang kecil yang menggantungkan rezekinya dari keramaian acara wisuda.
“Bagi kami, jualan di wisuda ini bukan sekadar dagang. Ada doa, ada harapan, ada semangat untuk anak-anak. Semoga rezeki ini terus ada, dan semoga anak-anak bisa sekolah lebih tinggi,” ucapnya.
Bagi sebagian orang, Siarni mungkin hanya seorang penjual bakso dan sosis bakar. Namun di balik lapak kecilnya, dia adalah simbol kegigihan.
Seorang ibu yang berjuang menghidupi keluarganya dengan usaha sederhana, penuh keikhlasan, dan pantang menyerah.
Hari wisuda di Unismuh bukan hanya milik para wisudawan yang mengenakan toga, tetapi juga milik Siarni, yang dengan peluh dan doa, menemukan kebahagiaan di balik kepulan asap bakso bakarnya.***