Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
Example floating
Example floating
Example 728x250
SosialSosial

Menanamkan Cinta Lingkungan Sejak Dini Lewat Permainan Digital: Kisah Inovatif Misroha, S.Pd.Gr dari TK Negeri Pembina Pinrang

×

Menanamkan Cinta Lingkungan Sejak Dini Lewat Permainan Digital: Kisah Inovatif Misroha, S.Pd.Gr dari TK Negeri Pembina Pinrang

Share this article
Example 468x60

BERITASEMBILAN.Com-Pinrang. Di tengah arus digitalisasi pendidikan yang semakin pesat, seorang guru TK di Kabupaten Pinrang tampil dengan gagasan inovatif yang sederhana namun berdampak besar.

Misroha, S.Pd.Gr, pendidik di TK Negeri Pembina Pinrang, berhasil memanfaatkan aplikasi Educaplay untuk meningkatkan pemahaman anak usia dini tentang jenis-jenis sampah — sebuah langkah kecil yang menumbuhkan kesadaran besar terhadap kebersihan dan lingkungan.

Example 300x600

Dia tampil bawakan presentasi pada babak final Anugerah Guru Prima (AGP) PGRI Sulawesi Selatan 2025, di Balai Besar Guru dan Tenaga Kependidikan (BBGTK) Makassar, Jalan Adiyaksa, Senin 3 Nopember 2025.

Materi yang dibawakan dengan judul, Pemanfaatan Aplikasi Educaply dalam Meningkatkan Pemahaman Anak Usia Dini Terhadap Jenis Jenis Sampah, membuat tim juri tertarik dengan inovasi yang bagus sehingga ditetapkan sebagai juara satu dan mewakili Sulsel pada even AGP tingkat nasional di Jakarta akhir Nopember 2025.

Misroha tamat di SMK 1 Pinrang 2002 dan alumni S1 PAUD Kampus Negeri Universitas Terbuka 2020 di Pinrang. Mulai mengajar di TK Negeri Pembina selaku guru honor 20024 sampai terangkat jadi PNS 2014.

Tantangan Jadi Peluang

Sebagai guru yang peduli terhadap pendidikan karakter dan lingkungan, Misroha menyadari bahwa kesadaran anak-anak tentang sampah masih sangat rendah. “Di sekolah kami sudah ada tempat sampah terpilah — organik, non-organik, dan B3 — tapi anak-anak sering salah memasukkan sampah,” ujarnya sambil tersenyum.

Ia menyadari, edukasi tentang sampah tidak bisa hanya lewat ceramah atau poster. Anak usia dini belajar paling efektif melalui bermain dan pengalaman langsung. Dari sinilah muncul gagasannya untuk memanfaatkan Educaplay, sebuah platform pembelajaran interaktif berbasis permainan digital.

Namun, langkah tersebut tidak mudah. Aplikasi Educaplay umumnya dirancang untuk siswa sekolah dasar yang sudah bisa membaca, sementara anak-anak TK masih berada pada tahap pra-literasi. Tantangan inilah yang memicu kreativitas Misroha. Ia memodifikasi tampilan dan alur permainan agar berbasis gambar, warna, dan suara — bukan teks.

“Saya ubah tantangan yang biasanya berupa soal tertulis menjadi aktivitas drag and drop gambar sampah ke tempat sampah yang sesuai. Anak-anak jadi bisa bermain sambil belajar, tanpa harus membaca,” jelasnya.

Kreativitas yang Tumbuh dari Nilai Religi dan Lingkungan

Bagi Misroha, kebersihan bukan hanya soal lingkungan, tetapi juga nilai spiritual. Ia mengaitkan pembelajaran ini dengan prinsip Islam tentang kebersihan. “Saya sering mengingatkan anak-anak bahwa ‘Annazhofatu minal iman’ — kebersihan adalah sebagian dari iman. Dengan begitu, mereka merasa memilah sampah juga bagian dari ibadah,” tuturnya.

Pendekatan religius yang berpadu dengan teknologi membuat pembelajaran terasa bermakna dan menyentuh hati anak-anak. Mereka bukan hanya diajak bermain, tapi juga memahami makna kebersihan dari sisi moral dan iman.

Langkah Strategis: Bermain, Menonton, dan Bereksperimen

Sebelum menggunakan Educaplay, Misroha terlebih dahulu memantik rasa ingin tahu anak dengan menayangkan video edukatif tentang pengelolaan sampah. Setelah itu, anak-anak diajak praktik langsung memilah sampah di sekolah menggunakan tempat sampah berwarna merah, kuning, dan hijau.

Baru setelahnya, anak-anak bermain menggunakan Educaplay di tablet atau ponsel sekolah. “Ketika anak mencocokkan gambar sisa makanan ke tempat sampah hijau, atau botol plastik ke tempat kuning, mereka senang sekali. Bahkan mereka saling mengingatkan kalau ada teman yang salah,” kenangnya.

Misroha juga melibatkan guru lain, orang tua, dan tim IT sekolah dalam proses uji coba. Orang tua berperan penting untuk mendampingi anak bermain di rumah. Dukungan inilah yang membuat inovasinya berjalan efektif.

Dampak Nyata: Anak Mulai Pilah Sampah di Rumah

Setelah tiga minggu pelaksanaan, hasilnya sangat menggembirakan. Berdasarkan observasi, 82% anak mampu membedakan jenis sampah dengan benar. Lebih dari itu, 68% orang tua melaporkan bahwa anak mulai menerapkan kebiasaan memilah sampah di rumah.

“Yang paling membahagiakan, ada orang tua bercerita kalau anaknya menegur ayahnya sendiri karena salah buang sampah. Itu artinya pembelajaran sudah sampai ke rumah,” ujar Misroha penuh haru.

Selain meningkatkan pemahaman lingkungan, kegiatan ini juga memperkuat kerjasama antara sekolah dan keluarga. Pembelajaran yang dimulai dari layar tablet berubah menjadi gerakan nyata menjaga kebersihan.

Refleksi Seorang Guru Inovator

Dalam refleksinya, Misroha mengakui bahwa tidak semua fitur Educaplay ramah untuk anak TK. Beberapa game masih bergantung pada teks dan instruksi tertulis. “Saya belajar bahwa teknologi harus disesuaikan dengan tahap perkembangan anak, bukan sebaliknya,” ungkapnya.

Bagi Misroha, inovasi bukan sekadar menciptakan hal baru, tetapi tentang menyesuaikan dan menyederhanakan agar pembelajaran tetap menyenangkan dan bermakna. Ia pun berkomitmen untuk terus belajar mengembangkan media digital yang inklusif bagi anak usia dini.

“Saya percaya, ketika guru diberi ruang untuk berkreasi dan dukungan yang cukup, pembelajaran apa pun bisa menjadi pengalaman yang luar biasa,” ujarnya dengan mata berbinar.

Inspirasi dari TK Negeri Pembina Pinrang

Kisah Misroha menjadi inspirasi bagi banyak pendidik PAUD untuk berani berinovasi di tengah keterbatasan. Melalui pemanfaatan teknologi sederhana, ia menunjukkan bahwa pembelajaran lingkungan dapat dikemas secara kreatif, spiritual, dan menyenangkan.

Kini, Educaplay bukan lagi sekadar aplikasi permainan, tetapi telah menjadi jembatan antara teknologi, karakter, dan cinta lingkungan di ruang belajar TK Negeri Pembina Pinrang.

“Anak-anak tidak hanya belajar memilah sampah,” pungkas Misroha, “mereka juga belajar memilah mana yang baik untuk bumi dan mana yang tidak.”

Example 300250
Example 120x600

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *