Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
Example floating
Example floating
Example 728x250
Ragam

Gustiana: Dari Podium Juara ke Kursi Wasit Internasional Dayung

×

Gustiana: Dari Podium Juara ke Kursi Wasit Internasional Dayung

Share this article
Example 468x60

BERITASEMBILAN.Com-Makassar — Tidak banyak perempuan Indonesia yang menembus jajaran wasit internasional di cabang olahraga dayung.

Salah satu yang berhasil mencatatkan jejak kuat adalah Gustiana, sosok asal Sulawesi Selatan yang kini dipercaya memimpin jalannya pertandingan di berbagai kejuaraan dunia, Asia, hingga multievent internasional.

Example 300x600

Gustiana memegang sejumlah lisensi bergengsi: IDBF International Technical Official (2010), ICF Canoe Sprint (2010), dan ICF TBR (Traditional Boat Race) 2025. Kepercayaan dunia terhadap kapasitasnya kian nyata ketika ia kembali ditunjuk sebagai wasit SEA Games ke-33 di Thailand tahun 2025.

Jejak Panjang di Ajang Internasional

Sejak pertama kali bertugas pada SEA Games 2007 Thailand, Gustiana konsisten dipanggil pada setiap edisi multievent Asia Tenggara berikutnya. Selain itu, ia pernah mengemban tugas pada dua Asian Games: di Haiyang, China, dan Palembang, Indonesia.

Pada  struktur pertandingan, Gustiana kerap dipercaya sebagai Course Umpire, posisi penting yang mengawasi jalannya lomba di lintasan nomor Canoe Sprint—salah satu disiplin paling teknis dalam dunia dayung.

“Menjadi Course Umpire berarti memastikan segala keputusan berjalan objektif, teknis, dan aman. Tantangannya besar, tetapi jauh lebih banyak kebahagiaannya,” ujarnya suatu waktu.

Dari Atlet PON ke Pelatnas

Sebelum menjadi wasit, Gustiana terlebih dahulu melewati masa emas sebagai atlet dayung. Kariernya dimulai dari PON 1996, kemudian berlanjut ke Pelatnas SEA Games 1997 Jakarta, di mana ia berhasil menyumbangkan dua medali emas dan satu perak untuk Indonesia.

Pengalaman internasionalnya juga tidak sedikit. Ia turun di berbagai World Dragon Boat Championships di Hong Kong serta Festival Dragon Boat di Australia, dan berhasil meraih medali emas di sejumlah nomor dragon boat.

“Semua pengalaman sebagai atlet sangat membantu saya memahami situasi lomba ketika kini bertugas menjadi wasit,” ungkapnya.

Berhenti sebagai Atlet, Kembali sebagai Wasit

Setelah masa kejayaan sebagai atlet, Gustiana memilih melanjutkan pendidikan di Universitas Hasanuddin, Fakultas Ekonomi, Jurusan Manajemen. Tahun 1998, sebuah peluang baru muncul ketika ia dipanggil mengikuti magang wasit pada Kejurnas di Palembang.

Dari sana, jalannya kian terbuka. Ia ikut ujian wasit nasional pada PON 2000 dan lulus. Dunia kepelatihan dan perwasitan pun menjadi ruang aktualisasi barunya.

Kini, di tengah kesibukannya sebagai ASN di Badan Pendapatan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan, Gustiana terus menunaikan tugas mewakili Indonesia di level internasional.

Suka Duka Menjadi Wasit Internasional

Menjadi wasit internasional tak selalu tentang ketegangan memimpin lomba. Ada banyak cerita yang membuat Gustiana tetap jatuh cinta pada profesinya.

Di ajang nasional dan daerah, ia dapat bertemu kembali dengan mantan sesama atlet yang kini menjadi pelatih maupun sesama wasit. Sementara di ajang internasional, ia berkesempatan mengunjungi berbagai negara dan berbagi ilmu dengan ofisial dunia.

“Tantangan biasanya hanya soal cuaca atau kendala teknis yang dapat menghambat kelancaran lomba. Tapi itu jarang. Lebih banyak sukanya daripada dukanya,” katanya sambil tersenyum.

Lahir di Kolaka, Mewakili Indonesia ke Dunia

Lahir di Kolaka, 30 November 1975, perjalanan hidup Gustiana adalah contoh ketekunan yang konsisten: dari atlet berprestasi, mahasiswa, ASN, hingga figur perempuan Indonesia yang kini berdiri di garis depan perwasitan internasional.

Dedikasinya menjadi inspirasi bagi banyak atlet muda, khususnya perempuan, bahwa olahraga bukan sekadar medan menjadi juara, tetapi juga ruang untuk terus berkontribusi dalam bentuk yang berbeda. ***

Example 300250
Example 120x600

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *