BERITASEMBILAN.Com-Soppeng. Terobosan teknologi pembelajaran kembali lahir dari ruang kelas pelosok Sulawesi Selatan. Muhammad Ismail Jumarang, S.Ag., guru Agama di SD Negeri 48 Latappareng dan SD Negeri 53 Lajarella, Kecamatan Marioriawa, Kabupaten Soppeng, menciptakan inovasi yang menjembatani kesenjangan teknologi di sekolah-sekolah dengan memadukan Smart Class Device (SCD) dan Interactive Flat Panel (IFP) hingga menghasilkan papan digital interaktif bersistem operasi ganda: Android dan Windows.
Inovasi ini menghadirkan solusi atas keterbatasan perangkat IFP yang umumnya hanya berbasis Android. Melalui perpaduan teknologi tersebut, IFP kini dapat berfungsi layaknya papan digital touchscreen serbaguna, yang mampu menjalankan aplikasi maupun game edukatif berbasis Android dan Windows secara langsung. Hasilnya, guru dan siswa dapat mengeksplorasi pembelajaran interaktif dengan jangkauan yang jauh lebih luas.
Mengatasi Keterbatasan Perangkat di Sekolah
Muhammad Ismail kepada media Selasa malam 2 Desember 2025 menjelaskan bahwa gagasan tersebut muncul dari kebutuhan nyata di kelas. Menurutnya, sistem operasi Android pada IFP sering membatasi penggunaan materi ajar, terutama ketika jaringan internet tidak stabil—sebuah kondisi yang lazim dijumpai di banyak sekolah pelosok.
“Pembelajaran dengan IFP berbasis Android memberi batasan untuk memenuhi kebutuhan belajar siswa. Banyak game dan materi pembelajaran yang saya miliki berbasis Windows dan bersifat offline, tetapi tidak bisa saya gunakan di kelas,” ujarnya.
Ia menceritakan bahwa pada 2 Desember, ia memutuskan mencoba menggabungkan SCD—yang mendukung sistem operasi Windows dan Android—dengan IFP yang hanya memiliki OS Android. Kendala pertama yang muncul adalah sistem touchscreen yang tidak berfungsi ketika kedua perangkat dihubungkan.
“Awalnya sistem touchscreen tidak bekerja saat disambungkan ke Smart Class Device. Namun setelah saya memeriksa seluruh konektor IFP, ternyata ada konektor khusus touchscreen yang belum terhubung. Setelah tersambung, semuanya bekerja sempurna,” jelasnya.
Penemuan sederhana namun krusial itu menjadi titik balik. Kombinasi perangkat tersebut membuat IFP dapat sepenuhnya dikendalikan melalui SCD, termasuk fitur-fitur yang sebelumnya hanya tersedia pada perangkat SCD.
Solusi Bagi Sekolah Pelosok Tanpa Internet
Bagi banyak guru, terutama di wilayah pedesaan, keterbatasan jaringan internet membuat penggunaan perangkat pembelajaran digital tidak optimal. Inovasi Ismail menjawab kebutuhan tersebut secara langsung.
“Dengan perpaduan ini, IFP dapat digunakan maksimal tanpa harus terhubung ke internet. Guru-guru bisa memanfaatkan materi offline berbasis Windows maupun aplikasi Android tanpa hambatan,” katanya.
Inovasi ini tidak hanya memperluas pemanfaatan perangkat sekolah, tetapi juga membuka peluang lebih besar untuk pembelajaran kreatif dan partisipatif di ruang kelas. Perangkat interaktif yang sebelumnya terbatas kini mampu memberikan pengalaman belajar yang setara dengan sekolah-sekolah yang memiliki fasilitas lebih modern.
Di tengah keterbatasan sarana pendidikan di banyak daerah, langkah Muhammad Ismail Jumarang menjadi contoh bahwa kreativitas dan keberanian mencoba hal baru mampu menghadirkan perubahan besar.
Lewat inovasinya, ia tak hanya memperkuat kualitas pembelajaran, tetapi juga menunjukkan bahwa transformasi digital pendidikan bisa dimulai dari mana saja—termasuk dari sebuah sekolah di pelosok Soppeng. ***


















