Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
Example floating
Example floating
Example 728x250
Pendidikan

Mahasiswa Magister Kesehatan Masyarakat Universitas Mandala Waluya Bakti Sosial di Tanggobu Konawe

×

Mahasiswa Magister Kesehatan Masyarakat Universitas Mandala Waluya Bakti Sosial di Tanggobu Konawe

Share this article
Example 468x60

BERITASEMBILAN.Com-Kendari. Civitas Akademi Universitas Mandala Waluya (UMW) kembali men terhadap pengabdian kepada masyarakat melalui kegiatan bakti sosial yang dilaksanakan di Desa Tanggobu, Kecamatan Morosi, Kabupaten Konawe, Sabtu 27 September 2025.

Kegiatan ini merupakan bagian dari implementasi Tri Dharma Perguruan Tinggi, khususnya pengabdian masyarakat yang terintegrasi dengan pendidikan dan penelitian.

Example 300x600

Bakti sosial ini melibatkan mahasiswa pascasarjana semester 3 Program Studi Magister Kesehatan Masyarakat, dosen, dan pimpinan fakultas.

Pengabdian yang dilakukan seperti pemeriksaan dan pelayanan kesehatan gratis, penyuluhan kesehatan, pembagian sembako, serta pembuatan tempat sampah percontohan.

Prosesi pembukaan acara ini turut dihadiri  Sekretaris Kecamatan Morosi, Kepala Puskesmas

Morosi, serta tokoh masyarakat dan sekitar 1000 warga Desa Tanggobu yang menjadi sasaran pelayanan pemeriksaan kesehatan dan paket bantuan sembako.

Dekan Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan (FIKES) Universitas Mandala Waluya, Dr Andi Asri, SKM,M.Kes pada sambutannya menegaskan pengabdian ini merupakan bentuk tanggung jawab sosial dan komitmen UMW terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat, khususnya di wilayah-wilayah terdampak aktivitas industri pertambangan.

Desa Tanggobu ini merupakan desa binaan Universitas Mandala Waluya yang secara rutin menjadi lokasi pelaksanaan kegiatan PBL (Pengalaman Belajar Lapangan), KKN, penelitian, dan pengabdian masyarakat, tegasnya.

Sulawesi Tenggara sebagai daerah tambang menghadapi tantangan besar, terutama dalam aspek kesehatan masyarakat. Sayangnya, kepedulian perusahaan terhadap dampak kesehatan dari aktivitas pertambangan masih sangat minim. Oleh karena itu, kami terpanggil untuk hadir membantu, ujarnya.

Hasil diskusi dan data lapangan, diketahui bahwa penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan keluhan terbanyak yang dialami masyarakat.

Kepala Puskesmas Morosi Henri, M.K.M, menyatakan pencemaran udara yang berasal dari debu batubara PLTU captive serta aktivitas lalu lintas kendaraan tambang menjadi penyebab utama.

“Warga kami banyak yang mengalami gangguan pernapasan akibat pekatnya debu dari industri nikel,” jelasnya. Selain itu, dalam diskusi bersama tokoh masyarakat juga terungkap bahwa peningkatan kasus HIV/AIDS menjadi isu serius di wilayah pertambangan akibat tingginya mobilitas pekerja dan kurangnya edukasi tentang kesehatan seksual.

Menanggapi hal tersebut, Dekan FIKES Dr Andi Asri yang juga merupakan seorang sosiolog kesehatan, menekankan pentingnya pendekatan komprehensif dalam penanggulangan HIV/AIDS.

Ketua Program Studi Magister Kesehatan Masyarakat UMW, Dr. Fitri Rahmila, SKM, .M.Kes, menambahkan, perusahaan tambang perlu menyediakan program pendidikan HIV yang holistik, akses terhadap layanan tes dan konseling HIV, serta memastikan dukungan pengobatan bagi penderita.

Pencegahan dan pengendalian HIV/AIDS tidak bisa dilakukan secara parsial, melainkan harus melibatkan kolaborasi antara pemerintah daerah, Dinas Kesehatan, Dinas Tenaga Kerja, perusahaan, dan komunitas,” tegasnya, seraya menambahkan kegiatan ini merupakan hasil kolaborasi antara mahasiswa dan pihak kampus.

“Kami melihat langsung dampak nyata pertambangan terhadap kesehatan masyarakat. Ini bukan hanya isu lingkungan, tapi juga isu kemanusiaan,” ungkapnya.

Kepala Desa Tanggobu, Jamaluddin menyampaikan apresiasi yang tinggi dan berharap agar Universitas Mandala Waluya dapat memperluas program desa binaan hingga mencakup 10 desa terdampak tambang di wilayah Morosi dan sekitarnya.

Agus, salah satu warga penerima layanan menyampaikan rasa terima kasihnya: “Saya berterima kasih kepada Mandala Waluya karena selalu memperhatikan kesehatan kami masyarakat di sini. Semoga kegiatan ini bisa terus berlanjut.

” Kegiatan ini menjadi bukti nyata peran aktif perguruan tinggi dalam mengatasi persoalan riil di masyarakat, serta mendorong kolaborasi lintas sektor untuk menciptakan lingkungan yang sehat dan berkelanjutan di tengah tantangan industri pertambangan, tegasnya.

FIKES UMW kini membina program studi; S1 Farmasi, S1 Teknologi Laboratorium Medis, S1 Keperawatan, S1 Kesehatan Masyarakat. Kampus juga membina S2 Magister Kesehatan Masyarakat serta menunggu izin terbit SK prodi baru S1 Keselatan dan Kesehatan Kerja (K3).

Saat ini total mahasiswa FIKES sebanyak 500 orang dengan dosen satu Guru Besar, berpendidikan doktor 14 orang serta ada 5 dosen sedang merampungkan studi S3 ada sekolah pascasarjana di berbagai kampus. ***

Example 300250
Example 120x600

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *