MAKASSAR. Dua murid SD Tamangapa 2 Kota Makassar kakak beradik Salam umur 9 tahun dan adiknya Sakila (8), punya kegiatan rutin sekembali dari sekolah yakni dengan menjual kue jalan kote dan panada makanan khas di Makassar.
Postur tubuh terbilang bocah ingusan ini mampu membawa masing masing satu keranjang berisi kue jalan kote dan kue panada sejumlah 100 biji.
Sore itu usai salat Ashar, Ahad 1 September 2024, Salam dan Sakila keliling di sekitar Tamangapa Raya 5 Kassi dengan teriak jalangkotee … jalangkotee hingga dipanggil singgah di salah satu rumah di jalur jalan itu.
Raut wajah yang sangat polos Salam membuka keranjang yang berisi jalangkote dan adiknya yang imut imut memakai kerudung juga membuka keranjang berisi kue panada.
Kedua bocah ini masing masing membawa satu tangan untuk keranjang dan satu tangan untuk botol air lombok kedua jenis kue yang dijajakkan.
Kue jalangkote dan panada yang dijual dengan harga 4 biji Rp 5000. Ketika ada penjual, Salam dengan sigap melayani pembeli dan uang hasil jualan dengan gerakan cepat diselipkan masuk pada tas yang melilit di pinggangnya.
Kedua kakak beradik ini dengan langkah tidak seimbang beban kue dan berat badan sehingga harus sekali kali berhenti.
Kalau lagi beruntung jualannya habis terjual menjelang magrib berarti kedua anak ini masing masing membawa pulang ke rumah uang pembeli kuenya Rp 125.000.
Tetapi kadang pula tidak semua kue terjual sehingga sisa kue yang tidak laku dibagi bagi kepada warga sekitar rumahnya karena tidak mungkin dijual lagi keesokan harinya.
Sosok dua anak-anak ini memberi tanda kalau kondisi ekonomi orang tua yang hanya bekerja sektor informal dengan jadi buruh bangunan sehingga harus melibatkan dua anaknya mencari tambahan pendapatan menghidupi ekonomi keluarga.
Perjuangan hidup kedua anak ini sekaligus memberi isyarat, masa masa kanak kanak yang seharusnya ditandai dengan tawa canda sesama usianya dalam bermain dengan terpaksa tidak dijalani karena tuntunan ekonomi keluarga yang juga sangat mendesak dijalani. ***