BERITASEMBILAN.Com-Makassar. Majelis Pengurus Pusat Asosiasi Dosen Perguruan Tinggi Swasta Seluruh Indonesia (MPP ADPERTISI) kembali menunjukkan komitmen dalam memperkuat kapasitas dosen melalui penyelenggaraan Coaching Clinic Peserta Pengabdian kepada Masyarakat (PKM) Nasional, Senin siang, 1 Desember 2025.
Kegiatan yang digelar secara daring itu diikuti lebih dari 100 peserta dari berbagai perguruan tinggi di seluruh Indonesia. Para peserta kegiatan ini akan diturunkan melaksanakan PKM Nasional di puluhan kelurahan dan desa di Pangkep, Rabu 10 Desember 2025
Acara dibuka oleh Koordinator Ketua Presidium MPP ADPERTISI, Dr. Buyung Romadhoni, S.E., M.Si., yang menekankan perlunya revitalisasi Pengabdian kepada Masyarakat sebagai pilar strategis perguruan tinggi di era transformasi pendidikan tinggi dan persaingan global.
PKM: Pilar Tridarma yang Sering Terpinggirkan
Pada sambutannya, Dr. Buyung menyebut PKM sebagai pilar penting dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi. Namun ia tidak menampik bahwa dalam praktik, PKM kerap menjadi “anak tiri”, kalah sorotan dibandingkan pendidikan dan penelitian. Padahal, kata Buyung, tuntutan global menempatkan PKM sebagai instrumen yang sangat strategis.
“SDGs 2030 mengharuskan perguruan tinggi menjadi bagian dari solusi bagi permasalahan dunia. Pengabdian kepada masyarakat menjadi jembatan antara pengetahuan akademik dan kebutuhan nyata masyarakat,” ujarnya.
Selain itu, berbagai kebijakan nasional seperti hilirisasi riset, desa membangun, dan kampus berdampak memperkuat urgensi transformasi PKM. Menurut Buyung, perguruan tinggi tak lagi cukup menjadi menara gading yang eksklusif, melainkan harus bergerak sebagai agent of change dengan inovasi yang menyentuh sektor masyarakat dan industri secara langsung.
Tantangan PKM Saat Ini:
Dalam pemaparannya, Dr. Buyung menguraikan sejumlah persoalan yang masih melekat pada pelaksanaan PKM di berbagai perguruan tinggi.
- Fokus Kegiatan Masih Sempit dan Bersifat Sesaat
PKM masih sering dilakukan dalam bentuk charity-based atau bantuan sesaat yang tidak berkelanjutan. Banyak kegiatan dilakukan tanpa perencanaan jangka panjang atau tidak memiliki indikator dampak yang terukur.
- Minimnya Integrasi dengan Riset dan Kurikulum
PKM seharusnya menjadi ruang untuk menerapkan hasil penelitian, menguji inovasi, atau menyediakan pengalaman praktis bagi mahasiswa. Namun integrasi ini belum berjalan kuat di banyak kampus.
- Pendanaan dan Regulasi yang Belum Mendukung
Kelembagaan PKM masih menghadapi keterbatasan regulasi pendukung, skema insentif bagi dosen, serta alokasi anggaran yang kompetitif.
- Kolaborasi Lintas Sektor Masih Lemah
Kolaborasi dengan pemerintah daerah, industri, dan NGO sering bersifat sporadis dan belum terstruktur sehingga menghambat penciptaan program berbasis kebutuhan lokal yang berkelanjutan.
- Keterlibatan Mahasiswa Belum Maksimal
Padahal, PKM merupakan ruang pendidikan karakter dan penguatan kompetensi mahasiswa secara langsung.
Lima Pilar Strategis Transformasi PKM Nasional
Untuk menjawab tantangan tersebut, MPP ADPERTISI mengusulkan lima pilar utama yang menjadi fondasi pengembangan PKM yang lebih modern dan berdampak:
- PKM Berbasis Riset dan Inovasi
Program PKM didorong agar memanfaatkan hasil penelitian kampus, teknologi tepat guna, dan inovasi sosial sehingga dapat diterapkan langsung untuk menyelesaikan masalah masyarakat.
- PKM Berkelanjutan dan Berdampak
Program dirancang dalam jangka menengah 3–5 tahun, berfokus pada pemberdayaan masyarakat. Bukan hanya menyelesaikan masalah sesaat, tetapi memastikan masyarakat dapat mandiri setelah program berakhir.
- PKM Kolaboratif dan Konvergen
Menghadirkan berbagai pemangku kepentingan mulai dari perguruan tinggi, pemerintah daerah, industri, komunitas, hingga LSM dalam satu ekosistem program. Skema matching fund dapat menjadi akselerator.
- PKM Berwawasan Kebangsaan
Fokus pada isu-isu strategis seperti stunting, kemiskinan ekstrem, ketahanan pangan, dan mitigasi bencana. Sekaligus menggali kekayaan lokal seperti UMKM, wisata, dan budaya daerah.
- PKM Terdokumentasi dan Terpublikasi
Penyusunan database nasional PKM menjadi prioritas. Program yang berjalan harus terdokumentasi baik dan mendorong publikasi ilmiah serta diseminasi hasil melalui media massa.
“Transformasi PKM harus menghasilkan dampak terukur dan berkelanjutan. Tujuannya bukan hanya memenuhi Tridarma, tetapi menjadikan PKM pilar utama pembangunan Indonesia,” tegas Dr. Buyung.
Narasumber Tekankan Pentingnya Coaching Clinic bagi Dosen
Selain pengarahan dari pimpinan MPP ADPERTISI, kegiatan ini menghadirkan dua narasumber utama.
Materi pertama dibawakan oleh Dr. H. Yusriadi Hala, SE., M.Si., M.Ak., yang menekankan pentingnya coaching clinic bagi dosen sebagai upaya meningkatkan kualitas usulan PKM.
“PKM adalah identitas dosen sebagai agen perubahan. Karena itu dosen harus memahami kriteria, teknik penyusunan proposal, serta pendekatan yang relevan dan inovatif,” ujarnya.
Menurut Yusriadi, PKM yang berkualitas tidak hanya menentukan peluang pendanaan, tetapi juga menjamin keberlanjutan program di masyarakat. Ia mendorong dosen agar tidak hanya fokus pada syarat administratif, tetapi memperhatikan substansi program dan dampak jangka panjangnya.
Materi kedua disampaikan oleh Arnida Idrus, SE., MM., selaku Ketua OC PKM Nasional. Ia menguraikan secara rinci teknis pelaporan, struktur proposal, serta standar evaluasi program PKM yang harus dipahami peserta. Acara dipandu oleh Lili Purnama Sari, S.ST, M.Kes.
PKM sebagai Pusat Inovasi Bangsa
Pada sesi penutup, MPP ADPERTISI menegaskan arah baru PKM Nasional: menjadikan pengabdian bukan sekadar kegiatan rutin, melainkan pusat inovasi bangsa yang berkontribusi langsung terhadap pembangunan nasional.
Kolaborasi, inovasi berbasis riset, dan keberlanjutan menjadi tiga fondasi utama dalam membangun ekosistem PKM yang kuat.
“PKM harus bergerak dari pinggiran menuju pusat inovasi bangsa,” kata Dr. Buyung.
Melalui coaching clinic ini, MPP ADPERTISI berharap semakin banyak dosen yang mampu menghasilkan program PKM yang kuat, relevan, dan berdampak luas dalam menjawab tantangan masyarakat Indonesia di masa depan.
PKM Nasional Diikuti 76 PTS dan 2 PTN
Sekretaris Jenderal ADPERTISI, Ibrahim Pratama, S.E., M.Si., Ak., CA. pada saat menutup acara melaporkan kalau peserta yang sudah mendaftar sebanyak 207 orang berasal dari 76 PTS serta ada 2 PTN yakni UNM dan Polteknik Pangkep. Kampus itu ada 22 berasal dari luar Sulsel.
Organisasi profesi dosen swasta ini termasuk luar biasa karena telah melaksanakan kegiatan Tri Dharma Perguruan Tinggi membantu para dosen dalam memenuhi berkas administrasi akadmeik para dosen terutama pada pengabdian dan penelitian.
Selain menghasilkan modul pengabdian masyarakat secara nasional ADPERTISI juga telah menerbitkan jurnal ilmiah yang membantu para dosen mempublikasi naskah artikel pengabdian dan lainnya serta membantu anggota menerbitkan naskah buku teks, ungkap kandidat doktor manajemen Pascasarjana UMI ini. ***


















