Oleh: Rusdin Tompo (Koordinator SATUPENA Sulawesi Selatan)
BERITASEMBILAN.Com-MAKASSAR. AB Iwan Azis seorang yang logis dan kritis. Itulah mengapa, saran dan pendapatnya di dengar. Apalagi dia seorang tokoh masyarakat di Kelurahan Karangpuang, Kecamatan Panakkukang, Kota Makassar.
Ketua RW yang sudah mengemban amanah lebih tiga dekade ini, berbagi cerita tentang beberapa sarannya yang kemudian diikuti.
Kami bertemu Ahad sore, 5 Januari 2025, di Warkop Azzahrah Jalan Abdullah Daeng Sirua. Makassar yang beberapa hari diguyur hujan, hari itu terasa adem.
Seperti pertemuan-pertemuan kami sebelumnya, acara ngopi bareng ini tak cuma hanya sekadar silaturahmi biasa. Saya memanfaatkan setiap pertemuan dengan lelaki 78 tahun yang banyak terlibat dalam kegiatan sosial kemasyarakatan ini untuk menggali informasi darinya.
Iwan Azis ini bagai peta kota dengan banyak tapak sejarah pada dirinya. Dia misalnya, berbagi cerita soal nama kompleks perumahannya, yang sudah ditinggali sejak 1985.
Dahulu itu namanya Perumahan Karyawan NV Haji Kalla. Perumahan yang dibangun sejak tahun 1980 itu memang ditujukan kepada karyawan NV Hadji Kalla Trading Company, sebuah perusahaan yang didirikan oleh pasangan Hadji Kalla dan Hajjah Athirah Kalla, pada tahun 1952.
Perusahaan ini memulai bisnis di bidang perdagangan tekstil dan transportasi. Namun, perusahaan yang belakangan bertransformasi menjadi PT Hadji Kalla lalu Kalla Group itu, kini punya jaringan bisnis di berbagai sektor.
Nah, di kompleks yang ditempati Iwan Azis itulah kebanyakan penghuninya merupakan karyawan NV Hadji Kalla. Pemilik perusahaan ini, yakni Hadji Kalla dan Hajjah Athirah Kalla, merupakan orangtua dari HM Jusuf Kalla, Wakil Presiden RI, periode 2004-2009 dan periode 2014-2019.
Saat Iwan Azis jadi Ketua RW nama kompleks itu diganti menjadi Kompleks Hadji Kalla. Saat ditanya, kenapa namanya diganti? Jawabannya sederhana, terlalu panjang penyebutannya.
Tak cukup hanya itu. Nama jalan yang membelah kompleks itu juga sebagian diganti. Semula, semua ruas jalannya bernama Jalan Masjid Baiturrahman, mengikuti nama masjid yang berada di sebelah utara jalan itu. Posisi masjid ini, berada tepat di Jalan Jenderal Urip Sumoharjo, Panaikang.
Namun, belakangan sebagian namanya diganti menjadi Jalan Athirah Raya, terutama yang berada di Kompleks Hadji Kalla.
“Nama Jalan Athirah Raya itu saya yang bikinkan papan namanya. Saya kawinkan nama kompleks dan nama jalan, dan itu disetujui warga,” kisah Iwan Azis sambil tersenyum lebar.
Athirah, ibu dari Pak JK, merupakan sosok yang inspiratif. Kisahnya sudah dijadikan novel yang ditulis oleh Alberthiene Endah. Kemudian dialihwahanakan menjadi film drama biografi, tahun 2016, dengan sutradara Riri Riza. Film ini terbilang sukses karena berhasil menyabet 6 Piala Citra dalam Festival Film Indonesia (FFI) 2016.
Masih ada lagi peran Iwan Azis dalam penamaan jalan di wilayahnya, yang menunjukkan ketokohannya. Nama jalan dimaksud adalah Jalan Hajah Saripah, yang berada di sisi selatan Jalan Athirah Raya.
Suatu hari, cerita Iwan Azis, seorang developer datang ke rumahnya. Pengembang itu berkonsultasi terkait rencananya memberi nama jalan yang melintas di depan perumahaan yang baru selesai dibangun.
Dia mau memberi nama jalan sesuai dengan Jalan nama usahanya: Bumi Tirta Nusantara. Namun, Iwan Azis sampaikan bahwa di kawasan ini semua jalan menggunakan nama orang.
Selain Jalan Athirah Raya, di situ lebih dulu ada nama Jalan Abdullah Daeng Sirua, dan nama Jalan Prof Abdurrahman Basalamah, yang sebelum itu bernama Jalan Racing Center.
Sempat terlintas menggunakan nama ayah dari si pengembang. Namun itu urung diajukan karena nama ayahnya berbau marga Manado.
“Lalu saya tanya, siapa nama ibu ta? Dia bilang Hajjah Saripah. Nah, itu mi,” kisah Iwan Azis seru.
Jalan Saripah Raya ini, tambahnya, diambil dari nama ibu pemilik developor Bumi Tirta Nusantara. Jalan ini berada di samping Kampus Universitas Fajar (UNIFA) menyerong ke Jalan Abdullah Daeng Sirua.
Saya kemudian menimpali, “Oh, saya kira tadinya itu nama tokoh pejuang hehehe.” (*)