BERITASEMBILAN.Com-MAKASSAR. Desember 2024, merupakan bulan bersejarah bagi Drs H Arsyad, guru SD Negeri Borong, Kecamatan Manggala, Kota Makassar. Paling tidak, ada 3 peristiwa penting, yang terkait dengan dirinya di bulan ini.
Di bulan ini, tepatnya tanggal 31 Desember 2024, dia akan berulang tahun yang ke-60. H Arsyad lahir di Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB), 31 Desember 1964. Itu artinya, di bulan ini dia akan mengakhiri tugas dan pengabdiannya sebagai aparatur sipil negara (ASN) setelah menjalankan profesi guru selama kurang lebih 38 tahun.
“Ini kali terakhir saya bersama murid-murid, tapi saya tetap semangat. Sepertinya saya belum akan pensiun hehehe,” kata H Arsyad, di ruang guru SD Negeri Borong.
Hari itu, Jumat, 20 Desember 2024, sekolah yang berada di Jalan Borong Raya Nomor 8 tersebut mengagendakan penerimaan rapor Semester Ganjil Tahun Ajaran 2024-2025. Orangtua murid H Arsyad datang pagi, karena anak-anak mereka termasuk kelas rendah yang dijadwalkan mengambil rapor lebih dahulu.
Kelas 3A merupakan kelas terakhir yang dipegang H Arsyad sebagai wali kelas. Jumlah muridnya ada 33 seorang. Dia mengaku anak-anak kerap manja kepadanya, karena dia menempatkan diri sebagai sosok seorang ayah.
“Biar dimarahi tetap saja datang ke saya. Itulah seninya menjadi guru. Sebab, anak-anak itu butuh guru yang mengayomi,” katanya bijak.
Dia mengaku, yang paling diingat dari SD Negeri Borong, yakni perhatian orangtua siswanya cukup tinggi terhadap anak dan kegiatan sekolah. Anak-anak di sekolah ini juga dinilai kreatif, sehingga bisa mencatatkan prestasi di berbagai ajang dan mengharumkan nama sekolah.
Sebelum meninggalkan ruang guru, H Arsyad menemui Muhammad Agus, S.Pd, Gr, Plt Kepala UPT SPF SD Negeri Borong. Dia menyelami kepala sekolah yang belum lama menjabat itu, sekaligus berpamitan.
H Arsyad juga bersalaman dengan beberapa teman guru yang ada di situ, antara lain Bu Eva, Bu Rina, dan Bu Nurhayati. Dia juga bersalaman dengan Rusdin Tompo, pegiat Sekolah Ramah Anak yang sedari tadi menemaninya bercerita.
Dalam buku “Kabar Dari Sekolahku”, yang berisi profil sekolah dan berbagai aktivitas guru di masa Dra Hj Hendriati Sabir, M.Pd selaku Kepala SD Negeri Borong, pengalaman H Arsyad sebagai guru juga dibagiikan di situ. Buku terbitan tahun 2020 ini disunting oleh Rusdin Tompo, yang memang diikenal sebagai penulis.
Dalam buku itu H Arsyad mengaku menjadi guru karena panggilan untuk mengabdi. Dia memang senang berbagi ilmu kepada orang lain. Begitu menamatkan pendidikan di Sekolah Pendidikan Guru (SPG) Negeri Bima, tahun 1983, ia merantau ke Makassar dengan tujuan untuk melanjutkan kuliah.
Kuliahnya di Universitas Veteran Republik Indonesia (UVRI), dan berhasil meraih sarjana tahun 1991. Sambil kuliah, ia menjalankan aktivitasnya sebagai guru sukarela.
Kariernya sebagai guru sukarela dimulai tahun 1984. Selama kurang lebih dua tahun, yakni tahun 1984-1985, ia menjadi guru sukarela di SD Negeri Pannara, Makassar. H Arsyad bercerita, ada seorang penilik yang baik, yang menanyakan ijazahnya.
Dia lantas mendaftar dan ikut tes menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS), tahun 1985. Ternyata lulus. Setahun kemudian, atau pada tahun 1986, ia terangkat menjadi guru di SD Inpres Rappokalling I, Makassar.
Karena persoalan jarak, dia meminta pindah dari SD Inpres Rappokalling I ke SD Negeri Pannara. Jarak dari sekolah di Pannara dengan rumahnya, yang sama-sama berada di Jalan Antang Raya, memang sangat dekat. Bisa ditempuh hanya dengan beberapa kayuhan langkah.
Di SD Negeri Pannara, H Arsyad sempat menjabat sebagai kepala sekolah antara tahun 2006-2016. Untuk meningkatkan kompetensinya, ia pernah kuliah S2 Magister Manajemen di Universitas Muhammadiyah (Unismuh), Makassar, tapi tidak mengambil ijazahnya.
Di SD Negeri Borong, H Arsyad mulai mengajar pada bulan Juni 2016. Disampaikan bahwa ia pindah ke Borong karena memang sudah waktunya mengakhiri tugas di Pannara. Dia meyakini bahwa hal itu merupakan jalan hidup dan takdir, sehingga dirinya sampai ke SD Negeri Borong. Meski pernah tiga kali pindah sekolah, tapi diakui sama sekali tidak ada masalah karena kedekatannya dengan anak-anak.
“Di mana saja saya mengajar, anak-anak senang,” kisahnya dengan mata berkaca-kaca. (*)