BERITASEMBILAN.Com-Makassar. Di tengah isu global tentang krisis lingkungan dan perilaku konsumtif masyarakat modern, sekelompok mahasiswa Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Makassar hadir membawa semangat baru. Melalui Kegiatan Kuliah Kerja Profesi–Pengabdian Masyarakat (KKP-PM) Kelompok 21, mereka menggagas gerakan inspiratif bertajuk “Jumat Hijau” — sebuah kampanye sederhana namun sarat makna tentang kepedulian terhadap lingkungan kampus.
Kegiatan Jumat Hijau, Jumat 7 Nopember 2025 berlangsung penuh antusiasme dengan dukungan dan kolaborasi berbagai lembaga kemahasiswaan, antara lain Humanikom, Bilingual Class, BEM Unismuh Makassar, dan PMI.
Sejak pagi, para peserta menyusuri area kampus—dari halaman hingga koridor fakultas—untuk melihat langsung kondisi kebersihan dan melakukan aksi pungut sampah di sejumlah titik strategis.
Menurut koordinator kegiatan, tujuan utama bukan sekadar membersihkan, tetapi juga membangun kesadaran kolektif bahwa kebersihan kampus adalah tanggung jawab bersama. “Kami ingin mengubah cara pandang mahasiswa: menjaga lingkungan bukan tugas petugas kebersihan, melainkan budaya warga kampus,” ujarnya.
Setelah aksi lapangan, peserta diajak berkunjung ke Bank Sampah Kampus Unismuh Makassar, sebuah inovasi pengelolaan sampah berbasis partisipasi mahasiswa. Di sana, mereka mendapat penjelasan langsung dari Abd Hady Aqsha, asisten dari Ketua SWSC (Solid Waste Smart Campus) — komunitas peduli sampah yang aktif dalam edukasi dan aksi nyata lingkungan.
Dalam sesi edukatif tersebut, Abd Hady menjelaskan bagaimana SWSC mengelola sampah secara terintegrasi: mulai dari pemilahan, penimbangan, hingga sistem “setor sampah” yang memungkinkan mahasiswa menukar sampah bernilai ekonomi dengan uang jajan.
“Konsep ini bukan hanya mengajarkan daur ulang, tetapi juga menumbuhkan tanggung jawab sosial dan ekonomi sirkular di kalangan mahasiswa,” jelasnya di sela kunjungan.
Di balik keberhasilan SWSC, ada sosok inspiratif, Dr. Fatmawati A. Mappasere, M.Si., yang memimpin dengan visi menjadikan kampus sebagai laboratorium hidup (living lab) bagi gerakan hijau.
Melalui berbagai program edukasi dan kolaborasi, ia terus menanamkan nilai bahwa pengelolaan sampah bukan sekadar kegiatan rutin, melainkan bagian dari peradaban akademik.
“Kampus seharusnya tidak hanya menghasilkan sarjana, tapi juga agen perubahan yang memahami pentingnya keberlanjutan lingkungan,” ungkapnya.
Kampanye “Jumat Hijau” menjadi bukti nyata bahwa semangat gotong royong dan kesadaran ekologis dapat tumbuh melalui kolaborasi mahasiswa lintas lembaga. Kegiatan ini tidak hanya memperindah lingkungan, tetapi juga menanamkan nilai karakter: disiplin, tanggung jawab, dan cinta bumi.
KKP-PM Kelompok 21 berharap kegiatan seperti ini dapat berlanjut menjadi tradisi kampus — menginspirasi lebih banyak mahasiswa untuk ikut bergerak menjaga kebersihan dan mengembangkan inovasi pengelolaan sampah berkelanjutan.
“Setiap langkah kecil yang kita ambil untuk lingkungan adalah investasi bagi masa depan,” tutup salah satu peserta dengan penuh semangat.***


















