BERITASEMBILAN.Com-Makassar — Program Studi Magister Pendidikan IPS Pascasarjana Universitas Negeri Makassar (UNM) menggelar kuliah tamu bertema “Pendidikan Lintas Budaya dalam Konteks Modern” secara hybrid pada Sabtu, 15 November 2025. Kegiatan ini menghadirkan narasumber utama, M. Saleh Mude, Ph.D. Cand, mahasiswa dari Hartford International University, Connecticut, Amerika Serikat, yang juga dikenal sebagai akademisi dan praktisi di bidang kajian budaya dan pluralisme.
Direktur Pascasarjana UNM, Prof. Dr. Sapto Haryoko, M.Pd., turut menjadi narasumber pada kegiatan yang diikuti mahasiswa serta dosen dari berbagai daerah di Indonesia.
Demikian ditegaskan Ketua Program Studi S2 Pendidikan IPS UNM, Dr. Najamuddin, M.Hum, kepada media Sabtu malam 15 Nopember 2025.
Pendidikan Lintas Budaya dan Tantangan Era Modern
Nara sumber kuliah tamu, Saleh Mude menekankan pentingnya pendidikan lintas budaya sebagai fondasi membangun masyarakat inklusif di era globalisasi. Ia menyoroti kebutuhan perguruan tinggi memahami dinamika keragaman dan pluralisme, terutama ketika interaksi antarbudaya semakin intens dalam ruang digital.
“Konvergensi budaya di era teknologi membawa peluang sekaligus tantangan. Pendidikan harus mampu mendorong saling pengertian dan menguatkan toleransi,” ujarnya.
Saleh juga membagikan pengalaman penelitiannya mengenai sejarah Islam di Amerika serta dinamika hubungan antarbudaya yang berkembang di negara tersebut.
Perspektif Global dan Studi Pra-Kolonial
Diskusi turut mengulas pentingnya memahami sejarah bangsa-bangsa, khususnya studi pra-kolonial dan interkultural. Saleh menyoroti peran agama sebagai fondasi budaya dan menjelaskan bagaimana New York City berkembang menjadi laboratorium besar keragaman, baik dari sisi sosial maupun ekonomi.
Ia juga menyinggung penelitiannya mengenai diaspora Muslim Indonesia di New York. “Komunitas Indonesia di sana tumbuh dengan karakter unik, menjaga identitas namun tetap berbaur dalam kemajemukan,” katanya. Ia bahkan menawarkan akses literatur dan buku-buku kajiannya kepada peserta.
Pengalaman Budaya Indonesia–Amerika
Dalam sesi tanya jawab, peserta menyorot isu kejutan budaya. Saleh mengaku tidak mengalami cultural shock selama tinggal di Amerika. Ia menjelaskan bahwa pemahaman akan nilai universal dan kemampuan adaptasi merupakan kunci dalam interaksi antarbudaya.
Diskusi sempat menyentuh sejarah pendidikan tinggi di Amerika, termasuk tradisi intelektual di universitas-universitas ternama. Saleh menyatakan bahwa keberagaman akademik menjadi kekuatan pendidikan Amerika.
Pendidikan Antarbudaya dalam Konteks Sekolah
Pertanyaan lain datang dari guru dan mahasiswa terkait penerapan studi antarbudaya di sekolah menengah kejuruan. Menurut Saleh, pendidikan multikultural sangat relevan untuk membangun sikap saling menghormati.
“Pelajar perlu dikenalkan pada cara pandang global. Semakin mereka memahami perbedaan, semakin tumbuh empati dan toleransi,” jelasnya.
Ia juga mengulas konsep spiritualitas di Amerika yang sering lebih cair dibanding praktik keagamaan formal.
Membandingkan Sistem Pendidikan Indonesia dan Amerika
Perbedaan budaya dalam sistem pendidikan turut menjadi sorotan. Peserta menanyakan soal seragam, hadiah untuk guru, dan pendidikan agama. Saleh menjelaskan pengalaman anaknya bersekolah di Amerika, termasuk fasilitas transportasi gratis, protokol keselamatan ketat, dan program makan siang bersubsidi pemerintah.
Namun ia menekankan bahwa kurikulum agama tidak diajarkan di sekolah umum. “Kami mengirim anak ke sekolah Islam terpisah untuk pendidikan agama. Sistemnya fleksibel, memberi ruang bagi keluarga memilih jalur yang sesuai,” tuturnya.
Dinamika Budaya dalam Masyarakat Multikultural
Di akhir sesi, peserta berbagi pengalaman pribadi mengenai tantangan hidup di negara lain. Diskusi berkembang pada persoalan hambatan komunikasi, gaya hidup, dan perbedaan nilai pendidikan dalam masyarakat multikultural.
Saleh menegaskan bahwa kemampuan memahami perbedaan sangat penting di era global. “Masyarakat multikultural menuntut keterbukaan, kemampuan beradaptasi, dan penghargaan terhadap identitas budaya masing-masing,” ucapnya.
Kuliah tamu ini mendapat respons positif dari peserta, yang berharap kegiatan serupa dapat digelar secara rutin untuk memperkaya wawasan internasional mahasiswa dan dosen PPs UNM.


















