BERITASEMBILAN.Com-Makassar. Mineral tanah merupakan fondasi dari fungsi tanah yang sehat dan produktif. Dalam pendekatan pertanian berkelanjutan, pemahaman terhadap komposisi dan sifat mineral tanah sangat penting untuk menentukan strategi pemupukan, rotasi tanaman, dan pengelolaan bahan organik yang efektif.
Integrasi antara mineral, mikroba, dan tanaman menjadi kunci dalam menciptakan ekosistem pertanian yang resilien dan efisien secara ekologis.
Mikrobiologi memiliki peran dan dinamika mikroorganisme dalam sistem agroekosistem, khususnya dalam meningkatkan kesuburan tanah, efisiensi pemupukan, dan ketahanan tanaman terhadap cekaman biotik maupun abiotik.
Demikian pidato pengukuhan Guru Besar Wakil Rektor I Universitas Cokroaminoto Makassar (UCM), Dr Ir. Hj. Ida Suryani MP, pada rapat senat luar biasa, dipimpin Rektor UCM, Dr Lukman Daris, S.Pi, M.Si, Senin 28 Juli 2025 di Hotel Dalton Makassar.
Dijelaskan, di antara berbagai kelompok mikroorganisme tanah, terdapat empat kelompok fungsional utama yang memegang peran strategis: mikroba penambat nitrogen, mikoriza, mikroba antagonis, dan biodekomposer. Masing-masing kelompok ini berkontribusi nyata terhadap keberlanjutan produksi pertanian
Mineral tanah tidak hanya merupakan komponen abiotik yang pasif, tetapi berperan aktif dalam membentuk, mengatur, dan mempertahankan komposisi komunitas mikroba tanah.
Pendekatan terpadu antara manajemen mineral dan mikroba akan mendorong efisiensi sistem pertanian, memperkuat kesehatan tanah, dan mempercepat transisi menuju pertanian yang lebih ramah lingkungan
Secara keseluruhan, peran mikroorganisme tanah tidak dapat dipisahkan dari prinsip pertanian berkelanjutan. Integrasi fungsi mikroba penambat nitrogen, mikoriza, mikroba antagonis, dan biodekomposer menjadikan tanah sebagai sistem hidup yang dinamis dan resilien.
Oleh karena itu, pengelolaan mikrobiologi tanah secara terencana dan terpadu merupakan strategi utama dalam membangun agroekosistem yang produktif, sehat, dan lestari.
Interaksi antara mineral dan mikroorganisme bukan hanya proses alami yang berlangsung di dalam tanah, melainkan sistem pendukung kehidupan yang perlu dikelola secara cerdas dalam praktik pertanian.
Pendekatan Geobiologis
Mengintegrasikan pendekatan geobiologis ini merupakan langkah strategis dalam membangun agroekosistem yang sehat, tangguh, dan produktif untuk generasi masa depan
Secara sinergis, kombinasi antara pupuk hayati, pupuk mineral, pengelolaan bahan organik, dan praktik konservasi seperti rotasi dan agroforestri, memberikan hasil yang jauh lebih berkelanjutan dibandingkan pendekatan tunggal.
Implementasi strategi-strategi ini tidak hanya meningkatkan produktivitas lahan, tetapi juga membangun resiliensi tanah terhadap perubahan iklim, degradasi, dan ketimpangan hara.
Pertanian berkelanjutan bukanlah sekadar pengurangan pupuk kimia, tetapi transformasi menuju pengelolaan tanah yang cerdas dan terintegrasi secara ekologis. Pendekatan ini sangat relevan diterapkan di Indonesia, yang memiliki keragaman agroekologi tinggi dan tantangan serius terkait degradasi tanah dan produktivitas lahan.
Tantangan dalam pengembangan mikroorganisme untuk pertanian pemanfaatan mikroorganisme dalam pertanian, terutama sebagai agen hayati seperti biofertilizer, biopestisida, dan dekomposer, telah menjadi solusi strategis menuju sistem pertanian yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan.
Namun, terlepas dari potensi besar tersebut, pengembangan dan implementasi mikroorganisme dalam skala luas masih menghadapi berbagai tantangan teknis, ekologis, dan sosial ekonomi.
Salah satu tantangan utama adalah ketidakstabilan performa mikroorganisme di lapangan. Mikroba yang menunjukkan efektivitas tinggi dalam uji laboratorium sering kali tidak memberikan hasil yang sama di lingkungan pertanian nyata. Oleh karena itu, adaptasi lokal dan seleksi mikroorganisme endemik menjadi penting dalam program pengembangan bioinokulan.
Tantangan berikutnya adalah formulasi dan teknologi pembawa (carrier). Mikroorganisme hidup membutuhkan kondisi tertentu agar tetap aktif dan stabil selama penyimpanan dan distribusi, ungkapnya.
Formulasi yang buruk dapat menyebabkan penurunan viabilitas mikroba dan kegagalan aplikasi di Tantangan lainnya kurangnya kapasitas sumber daya manusia dalam bioteknologi mikroba pertanian juga menjadi penghalang.
Penelitian dan pengembangan mikroba memerlukan keahlian multidisiplin yang mencakup mikrobiologi, agronomi, ekologi tanah, dan rekayasa bioformulasi, katanya.
Masih terbatasnya laboratorium yang mampu memproduksi mikroba dalam skala industri turut menghambat penetrasi teknologi ini ke tingkat petani.
Tantangan sosial-ekonomi juga tidak bisa diabaikan. Adopsi mikroba pertanian masih rendah di kalangan petani kecil, terutama karena kurangnya pemahaman dan keterampilan dalam penggunaannya.
Banyak petani lebih terbiasa dengan pupuk kimia karena ketersediaan dan dampaknya yang langsung terlihat. Oleh karena itu, edukasi dan pendampingan menjadi aspek krusial dalam mendorong transisi ke input hayati, katanya.
Terakhir, tantangan dalam menjaga keberlanjutan ekologi tanah harus dipertimbangkan. Penggunaan mikroba eksogen secara masif dapat mengganggu keseimbangan komunitas mikroba alami jika tidak dikaji secara hati-hati.
Oleh karena itu, pemantauan dampak ekologi jangka panjang perlu menjadi bagian dari strategi pengembangan mikroba pertanian. Dengan memahami dan mengatasi tantangan-tantangan tersebut secara sistematis dan kolaboratif, pengembangan mikroorganisme untuk pertanian akan semakin mampu memberikan kontribusi nyata dalam mencapai sistem pertanian yang produktif, sehat, dan berkelanjutan, tegasnya.
Sosok Prof Ida Suryani
Prof Ida Suryani lahir di Soppeng, 19 Juni 1966. Tamat di SD Negeri Teladan Kalukuang Makassar 1979. SMPN 4 Makassar 1982. SMAN 1 Makassar 1985. Alumni S1 Pertanian Unhas 1990. Magister Pertanian Pascasarjana Unhas 1999. Doktor Ilmu Ilmu Pertnian Pascasarjana Unhas 2012.
Isteri dari Drs. H. Muzakkir Amrullah, M.Pd, serta ibu dari anak-anaknya; Muhammad Nur Aidil, SH; Nur. Fitriani, S.E, M.M dan Muhammad Zulfikar
Karier di kampus UCM, pernah Wakil Rektor III, 2017-2021, Sekretaris Universitas UCM 2022-2023, Wakil Rektor I UCM 2023 sampai saat ini.
Dia aktif melakukan penelitian dan publikasi pada jurnal bereputasi. Tahun 2017 melakukan penelitian tentang, Studi Bioekologi Perairan Sungai Batu Batu Sungai Walanae Untuk Mendukung Kegiatan Budidaya Di Danau Tempe Kab.Soppeng Dan Wajo Prop.Sulawesi Selatan.
Tahun 2024 meneliti tentang, Analisis mineral pembentuk tanah untuk mendeteksi kesuburan tanah pada tanaman pangan dalam menunjang pertanian berkelanjutan
Publikasi artikel pada jurnal Scopus Q2 dengan judul, Importance of Soil and Mineral Characteristics in Supporting Sustainable Agriculture pada jurnal, OnLine Journal of Biological Sciences, Volume :2, Nomor : 2
Tahun 2025 mempublikasi artikel pada jurnal, ADIKARYA: SOCIETY SERVICE INSIGHT dengan judul, Training on Vegetable Cultivation Using the Hydroponic Method to Increase Household Income in Timbuseng Village.
Publikasi jurnal Sinta 1 artikel dengan judul, Repairing Old and Damaged Cocoa Plants Through Rehabilitation Without the Felling of Trees pada jurnal : AGRIVITA Journal of Agricultural Science, Nomor : 47 Edisi :2 ISSN: 0126-0537. ***