Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
Example floating
Example floating
Example 728x250
Sosok

Rita Asminarseh, Guru Bahasa Inggris SMAN 1 Lutim Membumikan Cerita Lokal di Era Digital

×

Rita Asminarseh, Guru Bahasa Inggris SMAN 1 Lutim Membumikan Cerita Lokal di Era Digital

Share this article
Example 468x60

BERITASEMBILAN.Com-Makassar. Ajang final Anugerah Guru Prima (AGP) PGRI Sulawesi Selatan 2025  digelar di Balai Besar Guru dan Tenaga Kependidikan (BBGTK) Makassar, Rita Asminarseh, guru Bahasa Inggris dari SMAN 1 Luwu Timur, tampil memukau melalui karya ilmiahnya yang bertajuk: “Kolaborasi Pembelajaran Mendalam Berbasis Cerita Lokal Melalui Integrasi Budaya dan Teknologi Digital.”

Inovasi yang diusung Rita berangkat dari kegelisahan akan rendahnya kemampuan literasi naratif siswa yang disebabkan oleh penggunaan bahan ajar yang kurang kontekstual. Dalam praktik pembelajarannya, ia berupaya mengubah paradigma belajar bahasa Inggris agar lebih dekat dengan budaya lokal dan relevan dengan kehidupan sehari-hari.

Example 300x600

Dari Sawerigading ke Ruang Kelas Digital

Rita memulai ceritanya dengan keprihatinan sederhana: murid-muridnya kesulitan memahami dan menulis teks naratif dalam Bahasa Inggris. Cerita yang digunakan dalam buku teks umumnya berasal dari luar negeri — Cinderella, Snow White, atau Rapunzel — cerita yang indah, tetapi terasa asing di telinga anak-anak Luwu Timur.

“Ketika murid diminta menulis ulang cerita rakyat asing, mereka tidak merasa terhubung secara emosional,” ungkap Rita. “Saya ingin mereka belajar bahasa dengan mengenali dirinya, budayanya, dan tanah tempat mereka berpijak.”

Dari situlah, ia mengubah arah pembelajaran. Ia memperkenalkan kisah legendaris Sawerigading, tokoh epik dari mitologi Bugis yang sarat nilai moral dan filosofi. Bersama murid-muridnya, Rita membedah makna, menulis ulang kisah itu dalam Bahasa Inggris, dan menampilkannya dalam bentuk produk digital kreatif.

Teknologi dan Budaya dalam Satu Bingkai

Bukan pekerjaan mudah. Rita harus menghadapi tantangan minimnya sumber cerita lokal yang terdokumentasi. Ia kemudian berinisiatif berkolaborasi dengan Dinas Pariwisata, Kepemudaan dan Olahraga Kabupaten Luwu Timur, instansi yang telah mengarsipkan cerita rakyat dari para tetua desa.

Dari hasil kolaborasi itu, ia dan murid-muridnya mendapat akses pada kumpulan cerita rakyat yang autentik. Mereka membaca, menganalisis, dan menulis ulang kisah-kisah tersebut dengan gaya naratif Bahasa Inggris yang kontekstual.

Dalam prosesnya, Rita memperkenalkan kecerdasan artifisial (AI) seperti ChatGPT dan Gemini sebagai alat bantu — bukan pengganti guru. Murid belajar menerjemahkan teks, memperkaya kosakata, dan menyunting naskah dengan bimbingan langsung. “Teknologi bukan musuh, tetapi jembatan yang memperkaya pengalaman belajar,” ujarnya.

Untuk memperkuat hasil karya, murid juga memvisualisasikan cerita mereka melalui desain digital di Canva, mengubah narasi menjadi karya visual yang indah dan bermakna.

Pembelajaran Mendalam yang Menghidupkan Makna

Rita menerapkan empat tahap utama dalam pendekatan pembelajaran mendalam: inquiry, exploration, creation, dan reflection.
Ia tidak sekadar mengajarkan grammar atau vocabulary, tetapi menuntun murid untuk berpikir kritis, berkolaborasi, dan merefleksikan nilai-nilai budaya yang mereka temukan.

“Belajar bahasa bukan hanya soal kata dan kalimat,” tutur Rita. “Ini tentang memahami siapa kita dan bagaimana kita berkomunikasi dengan dunia.”

Dalam kelasnya, suasana belajar berubah total. Murid tidak lagi pasif mendengarkan, tetapi aktif berdiskusi, menulis bersama, dan bereksperimen dengan teknologi. Mereka merasa bangga bisa menceritakan legenda daerahnya sendiri dalam Bahasa Inggris — sesuatu yang dulunya terasa mustahil.

Dampak yang Menggema

Hasilnya tidak main-main. Kemampuan literasi naratif murid meningkat signifikan, baik dalam struktur bahasa maupun kedalaman isi cerita. Lebih dari itu, mereka menemukan kepercayaan diri baru.

“Saya bangga, Bu, bisa menulis kisah daerah kita dalam Bahasa Inggris,” ucap salah satu muridnya saat mempresentasikan proyek akhir.

Kepala sekolah SMAN 1 Luwu Timur memberikan apresiasi atas inovasi yang menumbuhkan profil pelajar Pancasila, khususnya dalam dimensi kemandirian, kreativitas, dan kolaborasi. Sementara Dinas Pariwisata Luwu Timur bahkan berencana menjadikan karya digital siswa sebagai bagian dari promosi budaya lokal di platform pariwisata daerah.

Bagi Rita, capaian ini bukan hanya angka dalam penilaian kinerja, tetapi tanda bahwa pendidikan sejati adalah proses menyalakan kesadaran.

Pendidik di Persimpangan Budaya dan Teknologi

Praktik pembelajaran ini menjadi bukti bahwa guru dapat menjadi jembatan antara masa lalu dan masa depan. Rita melihat dirinya sebagai pendidik transformatif di era digital — seseorang yang tak takut memeluk teknologi, namun tetap berpijak pada nilai-nilai budaya bangsa.

“Teknologi bisa membantu kita mengajar lebih luas, tetapi budaya membantu kita mengajar lebih dalam,” ujarnya dengan penuh makna.

Kini, kisah sukses Rita Asminarseh menjadi inspirasi di kalangan guru Sulawesi Selatan. Ia menunjukkan bahwa inovasi pendidikan tidak selalu lahir dari kota besar atau fasilitas mewah, melainkan dari ruang-ruang kelas sederhana yang diisi oleh guru-guru dengan hati dan imajinasi besar.***

Example 300250
Example 120x600

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *