MAKASSAR. Majelis Pustaka dan Informasi (MPI) Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Provinsi Sulsel kerjasama dengan Unismuh Makassar dan Portal Berita Khittah kembali menggelar diskusi buku dengan judul, Dunia Barat dan Islam Visi Ulang Kemanuisiaan Universal penulis Sudibyo Markus, Sabtu 6 Juli 2024 di Aula Fakultas Kedokteran Unismuh Makassar.
Diskusi buku bertajuk, Muhammadiyah Studies Talk Volume VI dengan tema, Refleksi Visi Kemanusiaan Ubiversal, Kebangsaan dan Keummatan Muhammadiyah: Membincang Ulang Relasi Barat- Islam.
Diskusi yang dikuti ratusan peserta dari mahasiwa, dosen dan Pimpinan Cabang, Pimpinan Daerah dan Pimpinan Wilayah Muhammadiyah se-Sulsel ini dibuka oleh Rektor Unismuh Makassar dan juga Ketua PWM Sulsel, Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag.
Pada sambutan singkat mengatakan, kalau diskusi buku ini tepat apalagi dalam kondisi hari ini persyarikatan mengalami proses internasionalisasi Muhammadiyah. Saat ini sudah ada perguruan tinggi di Malaysia, ada sekolah di Australi dan Mesir serta di beberapa negara akan segera hadir.
Buku yang dibahas ini akan memberi pemahaman dan pengetahuan tentang relasi hubungan Barat dan Timur dan lewat diskusi ini akan memberi pemahaman bagaimana Barat dan Islam melakukan interaksi, katanya.
Diskusi buku ini menampilkan nara sumber penulis buku, Dr. (HC) dr. Sudibyo Markus, MBA. Penanggap, Prof Dr.H. Arifuddin Ahmad, M.Ag (Wakil Ketua PWM Muhammadiyah Sulsel dan dosen UIN Alauddin; Drs. Wahyuddin Halim, MA. MA Ph.D(Antropolog UIN Alauddin Makassar) dengan moderator, DR.Muhammad Yahya Mustafa, M.Si (Wakil Ketua MPI Sulsel).
Penulis buku Sudibyo Markus di awal diskusi menjelaskan tentang visi universal kemanusiaan Muhammadiyah termasuk mencegah konflik, perbaikan lingkungan serta menyelamatkan kemanusiaan.
Muhammadiyah dalam melakukan gerakan kemanusiaan universal diperhadapkan pada peluang perlindungan kemanusiaan yang menyempit disebabkan oleh sistuasi tertentu diantaranya, aktor kemanusiaan swasta, lembaga swasta dan militer.
Wajah global kemanusiaan hari ini diperhadapkan pada empat unsur termasuk dunia bisnis, budaya populer, budaya akademik serta agama faktor penting dalam interaksi.
Sejarah Islam mencatat Islam sejak abad ke-8 sampai dengan abad ke-18 pernah memberi pengaruh kuat pada Eropa. Pada awal kebangkitan Islam hanya dalam tempo satu abad setelah Rasulullah Muhammad SAW wafat tahun 632 Hijriah, Islam mampu mengalahkan dua kerajaan besar yakni Persia di timur dan Bizantium di Barat.
Pengalaman dibawah kekuasaan dan pengaruh Islam selama 10 abad yang menurut Edwar W. Said membuat Eropa selalu merasa di bawah bayang bayang sejarah dalam wujud Islamofobia, kebencian, ketakutan dan dendam terhadap Islam hingga hari ini.
Pada halaman lain buku dengan ketebalan 571 halaman mengutip sejarawan Arnold Toynbee mengatakan, penemuan jalan laut oleh pelaut Eropa pada abad ke-16 merupakan titik balik bagi penguasaan Barat terhadap dunia Islam.
Pada abad ke-16 seolah-olah Eropa mulai melemparkan ’tali laso’ nya ke ’leher’ negara negara Islam yang mengalami kemunduran. Walaupun baru abad ke-19 Eropa berhasil mengencangkan ’tali laso’ hingga menjerat kencang ’leher’ dunia Islam dalam proses kolonisasi.
Dia juga mengutip buku Graham E. Fuller guru besar sejarah dari Simon Fraser University yang mengatakan, memburuknya hubungan dunia Barat dengan Islam termasuk apa yang disebut teror dan pembunuhan massal sebenarnya terjadi bukan karena Islam, melainkan dibuat oleh kekuatan besar sekuler di luar Islam.
Penanggap pertama, Prof Arifuddin Ahmad kesempatan itu mengatakan, perjumpaan Barat dan Islam sudah berlangsung selama masa Rasulullah ketika mengirim surat kepada beberapa raja dan kaisar di sekitar Madinah.
Mengirim surat kepada para raja dan kaisar itu merupakan salah satu strategi dakwah yang menyerukan tauhid. Selain itu Barat dan Islam tidak lepas dari budaya. Ummat Islam adalah uswatuh hasanah dan Rasulullah Muhammad merupakan rahmatan lil alamin.
Penanggap kedua, Wahyuddin Halim menilai buku yang ditulis dengan cukup tebal ini merupakan ensiklopedia memuat perjumpaan Islam dan Barat dalam bentuk konflik dan dialog.
Buku ini kata Wahyuddin memiliki keunikan karena buku pertama berbahasa Indonesia yang cukup lengkap menuliskan perjalan perjumpaan Islam di awal kehadirannya, ada juga memuat kejayaan Islam di Andalusia dan Istambul serta info terbaru dialog Barat dan Islam dalam menghadirkan kesetaraan.
Ketua Majelis MPI PWM Sulsel, Hadi Saputra, M.Si dalam laporannya mengatakan, diskusi buku yang dilakukan merupakan seri ke-enam dalam upaya memperkuat literasi serta memberi refleksi dan wawasan kepada warga persyarikatan.
Buku yang sudah pernah didiskusikan diantaranya; Risalah Islma Berkemajuan; Jalan Baru Moderasi Beragama, Menyukuri 66 Tahun Haedar Nashir; Strategi Pembinaan Kader dan Jamaah Muhammadiyah; Pembinaan dan Pengembangan Cabang dan Ranting karangan, Prof Dr Ambo Asse, M.Ag dan judul lainnya.
Pada akhir acara Wakil Ketua PWM Sulsel, Dr Dahlan Lamabawa M.Ag menyerahkan lukisan potret diri penulis buku Sudibyo Markus dan sertifikat selaku pembica kepada kedua nara sumber.***