Oleh : Abdul Haris Sambu
*Ketua Umum Kerukunan Keluarga Besar Karaeng Lembang (KKBKL).
*Dosen Fakultas Pertanian Unismuh Makassar
Asal Mula Kerajaan Lembang secara historis terbentuknya Kerajaan Lembang dimulai sejak Puang Tamparang menemukan seruas bambu pattong atau orang menyebutnya patong silasa-lasai di perairan pesisir Jalaya.
Dari seruas pattong ini keluar seorang wanita cantik sebagai Tau Manurunga di Kajang yang diberi nama Batara Daeng Rilangi sekitar tahun (1300).
Kemudian diperistrikan oleh Puang Tamparang dan melahirkan empat orang anak yaitu : (1) Tau Tentaya Matanna di Nanasaya sebagai sumber genetika Karaeng Laikang, (2) Tau Kale Bojoa di Lembanglohe sebagai sumber genetika Karaeng Lembang.
(3) Tau Sapayya Lilana di Kajang yang menjadi sumber genetka Karaeng Kajang, dan (4) Tau Kaditilia Simbolenna yang sayang di Sungai Raowa bersama ibunya (Bolong, dan Sabang (1985 dan Gama dan Tama (2013)
Beberapa bulan kemudian terdengar berita bahwa wanita yang cantik tersebut muncul lagi di Tondong dan menikah dengan Puatta di Tondong dan melahirkan tiga orang anak sebagai sumber genetika Arung di beberapa Kerajaan di Sinjai seperti Kerajaan Tondong, Kerajaan Bulo-bulo, Kerajaan Manimpahoi, dan Kerajaan Lamatti.
Itulah sebabnya Kerajaan Lembang, Kerajaan Kajang dan Kerajaan Laikang hingga saat ini selalu melakukan kawin–mawin, setelah melahirkan tiga orang anak menghilang.
Kemudian muncul di Ujugloe dan menikah lagi disana melahirkan tiga orang anak sebagai sumber genetika Karaeng Ujungloe, Karaeng Gantarang, dan Karaeng Kindang, dan setelah melahirkan tiga orang anak, maka hilanglah lagi.
Kemudian terdengar berita bahwa Takka Bassia Bukit Tamalate Gowa turun dari kayangan seorang wanita cantik yang disebut Tau Manurung Bainea, oleh Paccallayya dan Bate Salapanga menobatkan sebagai raja Gowa pertama yang bergelar Sombaya pada tahun 1320.
Kemudian setelah dinobatkan menjadi Raja Gowa maka dipersunting oleh Karaeng Bayoa dan melahirkan seorang putra tunggal diberi nama Tumasalangga Barayang yang menggantikan ibunya menjadi Raja Gowa II.
Selanjutnya bagaimana hubungan Kerajaan Lembang dengan Kerajaan Luwu dan Kerajaan Bone serta kerajaan Lainnya, untuk Kerajaan Luwu menurut lontara bahwa salah seorang putri Datu Luwu yang bernama Datu Manila yang dinikahi oleh Galla Puto wakil Ammatoa di Kajang sebagai juru bicara .
Hasil perkawinan ini menjadi sumber genetika kekaraengan di Kajang, Lembang, dan Laikang, Lolo Bulaeng diceritakan adalah generasi ke Sembilan dari Sawerigading yang dinikahi oleh Karaeng Tappau putra Raja Gowa IV sebagai Karaeng Kajang pertama.
Sekitar 1445, melahirkan enam orang anak dan inilah menjadi salah satu genetika kakarengan di Bulukumba Timur termasuk di Pulau Selayar (Suku Konjo).
Untuk Kerajaan Bone juga sejak dahulu Kerajaan Lembang, Kerajaan Kajang dan Kerajaan Laikang melakukan kawin-mawin sebut saja diantaranya Puang Pongga yang menurut lontara juga cucu Raja Bone menikah ke Kajang cucu Ammatoa sekaligus putri Karaeng Kajang IV yaitu Manginrengi Daeng Sitonra.
Demikianlah hubungan genetika Kerajaan Lembang dengan Kerajaan Tellu Boccoe serta kerajaan lainnya di Sulawesi Selatan.
Terbentukanya Kerajaan Lembang.
Sebelum terbentuknya Kerajaan Lembang, sudah ada cikal-bakal sebagai awal berdirinya suatu kerajaan, karena sudah ada tokoh-tokoh masyarakat sebagai kepala suku yang bergelar Puad diantaranya Puad Made.
Bahkan ada sumber menyebutkan bahwa beliau adalah Karaeng Lembang pertama, akan tetapi setelah dikaji beliau baru kepala suku atau ketua komunitas.
Kerajaan Lembang resmi berdiri bersamaan kehadiran Tau Manurunga di Kajang yang menjadi istri Puang Tamparang yaitu sekitar pada tahun 1300, dan digabung dengan dua kerajaan liannya yaitu Kerajaan Kajang dan Kerajaan Laikang menjadi Kerajaan Kajang pada tahun 1860-1862.
Berarti Kerajaan Lembang eksis selama kurang lebih 560 tahun dengan jumlah Karaeng Lembang yang pernah bertahta menurut (Bolong, Sabang, dan Tabang (1985) selanjutnya (Gama, Tama dan Embas, 2014) yaitu sebagai berikut :
Puang Tamparang Daeng Malowang sebagai Karaeng Lembang I
Puang Tau Kale Bajoa Daeng Malebu sebagai Karaeng Lembang II
Puang Toala Lembanglohe Daeng Maraja sebagai Karaeng Lembang III
Puang Dade Daeng Bulaeng sebagai Karaeng Lembang IV.
Puang Turaleng Daeng Massamma sebagai Karaeng Lembang V
Puang Toni Daeng Marakka sebagai Karaeng Lembang VI
Puang Lungge Daeng Mattawang sebagai Karaeng Lembang VII
Puang Taki Daeng Mamase sebagai Karaeng Lembang VIII.
Puang Jaru Daeng Mattinri sebagai Karaeng Lembang IX
Puang Ammi Daeng Tagia (Wanita) sebagai Karaeng Lembang X
Puang Padu Daeng Siutte sebagai Karaeng Lembang XI
Puang Badau Daeng Pasampa sebagai Karaeng Lembang XII.
Puang Kurondong Daeng Magassing sebagai Karaeng Lembang XIII
Puang Ambo Daeng Manakku sebagai Karaeng Lembang XIV
Puang Tobo Daeng Marappo sebagai Karaeng Lembang XV
Puang Sadda Daeng Malatte sebagai Karaeng Lembang XVI.
Inilah nama-nama yang pernah bertahta sebagai Karaeng Lembang (I-XVI) yang dikutip penulis dari beberapa penulis dan penutur dari orang-orang terdahulu. Semoga menjadi rujukan bagi penulis berikutnya.
Pada acara pengukuhan hari ini turut dihadiri, 16 perwakilan Karaeng Lembang, 14 perwakilan Karaeng Kajang sebelum penggabungan, 9 perwakilan Karaeng Laikang.
Hadir pula beberapa perwakilan Karaeng Kajang setelah penggabungan.. Kepada seluruh perwakilan Karaeng Lembang, perwakilan Karaeng Laikang dan pewakilan Karaeng Kajang baik sebelum penggabungan maupun setelah penggabungan kepada yang bersangkutan.
kami pengurus Kerukunan Keluarga Besar Karaeng Lembang (KKBKL) mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas kesediaan menghadiri acara ini.
Acara pengukuhan pengurus KKBKL yang dilaksanakan hari Sabtu 7 September 2024 yang dihadiri oleh raja-raja se Sulawesi Selatan diantaranya PYM Majen Purn. Andi Muhammad Bau Sawa Andi Mappanyukki, SH.,MH.
Wakil ketua umum Majelis Adat Kerajaan Nusantara (MAKN), PYM Andi Kumala Idjo Daeng Sila Karaeng Lembang Parang, Sultan Malikusaid II Batara Gowa III Raja Gowa XXXVIII, PYM Andi Irwan Alamsyah Jemma Datu Luwu XXXIX, PYM Andi Baso Hamid.
Ketua Lembaga Adat Kerajaan Bone, dan hadir pula perwakilan raja-raja se Sulawesi Selatan, serta PYM Nyai Ratu Yuliana Eka, SH.,MH. Titisan dari Kraton Kerajaan Banten Jawa Barat.
Lapangan Kaluku Lajua di Lembanglohe Kecamatan Kajang menjadi saksi bisu bahwa pada tanggal 7 September 2024 sebagai tempat pertemuan raja-raja se Sulawesi Selatan bahkan se nusantara yang tidak pernah terjadi sebelumnya dala. wilayah Kabupaten Bulukumba, teringat 76 tahun lalu pertemuan raja-raja se Sulawesi Selatan di Watampone pada tanggal 12 Desember 1948.
Secara Geografis
Secara geografis Kerajaan Lembang terletak, sebelah Utara berbatasan dengan Desa Pantama dan Possitana yang diantarai Sungai Raowa, sebelah Timur berbatasan dengan perairan Teluk Bone dan Kelurahan Laikang, sebelah Selatan berbatasa dengan Kecamatan Herlang yang diatarai oleh Sungai Lembang Tumbuk, Sungai Likusakkea san Sungai Mallombong, sedangkan sebelah Barat berbatasan dengan Desa Lembanna Kecamatan Kajang.
Secara Administrasi
Secara administrasi Kerajaan Lembang meliputi : seluruh wilayah Desa Lembang, seluruh wilayah Desa Lembanglohe, 90 persen wilayah Keluruhan Tanajaya, 85 persen wilayah Desa Bontorannu.
Itulah wilayah Kerajaan Lembang dahulu. Dari luas wilayah Kecamatan Kajang saat ini yaitu 134.662 Ha, 30.066 Ha atau 22.33 persen wilayah Kerajaan Lembang dahulu.
Struktur pemerinahan Kerajaan Lembang dahulu memiliki dua gallarang atau identik desa saat ini yaitu : (1) Gallarrang Lembang sebagai ibukota Kerajaan Lembang, dan (2) Gallarrang Jalaya. Selanjutnya masing-masing gallarrang memiliki kepala kampung yang identik kepala dusun saat ini.
Adapun kepala kampung masing-masing gallarrang yaitu sebagai berikut : untuk Gallarrang Lembang mempunyai tiga kepala kampung masing-masing: (1) Kepala Kampung Tanetea, (2) Kepala Kampung Kassibuta yang bergelar anak Karaeng Kassibuta, dan (3) Kepala Kampung Torassi.
Sedangkan Gallarrang Jalaya juga mempunyai tiga kepala kampung yaitu : (1) Kepala Kampung Jalaya.(2) Kepala Kampung Daloba, dan (3) Kepala Kampung Kassi.***