BERITASEMBILAN.Com-MAKASSAR. Kendala utama bagi calon pekerja migran yakni minimnya keterampilan berbahasa asing, khususnya yang sesuai dengan negara tujuan.
Hal itu terungkap dalam Kuliah Tamu oleh Wakil Menteri Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (P2MI) Zulfikar Ahmad Tawalla, S.Pd, M.I.Kom. Kuliah tamu itu bertajuk “Penempatan dan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia” di Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Makassar, Sabtu, 16 November 2024.
Zulfikar mencontohkan, perawat Indonesia yang bekerja di Jerman, dianggap memiliki kualitas pelayanan yang terbaik. Namun untuk mengirim lebih banyak perawat, terkendala dengan keterbatasan penguasaan bahasa Jerman.
Menurut Wamen Perlindungan Pekerja Migran itu, hal tersebut merupakan peluang bagi Unismuh untuk menyiapkan alumni yang dibutuhkan pasar global, sepanjang Unismuh menberikan bekal penguasaan bahasa, selain keterampilan profesional bidang.
“Saat ini, kita sedang mencari cara produktif bersama agar pengiriman pekerja migran ke luar negeri benar-benar memenuhi standar yang dibutuhkan di negara tujuan,” kata Ketua Umum Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah itu.
Tingginya animo untuk bekerja di luar negeri yang tidak dibarengi dengan penguasaan bahasa maupun kompetensi profesional, kata Zulfikar, menjadi pintu masuk lahirnya pintu pekerja ilegal.
Saat ini, lanjut Zulfikar, Kementerian Perlindungan Pekerja Migran sedang memformulasikan kerjasama antar pemerintah (government to government) dengan tiga negara, yaitu Korea, Jepang, dan Jerman.
“Selain itu, kami sedang dalam tahap perluasan ke beberapa negara lain seperti Australia, Amerika Serikat, Polandia, dan beberapa negara lainnya.
Selama ini, kontribusi pekerja migran terhadap devisa negara cukup besar, bahkan merupakan penyumbang devisa terbesar kedua setelah sektor migas. Pada tahun 2022, devisa yang dihasilkan mencapai Rp135,9 triliun, dan pada tahun 2023 meningkat menjadi Rp227 triliun.
Selain menyinggung topik seputar pekerja migran, Zulfiikar juga sempat bernostalgia saat ia masih duduk sebagai mahasiwa di Prodi Pendidikan Matematika Unismuh.
“Saya ingin memanfaatkan kesempatan ini untuk berterima kasih kepada Unismuh yang sudah banyak membantu dan memberikan pendidikan, pengajaran, serta berbagai hal lainnya kepada saya,” ungkap Zulfikar.
*Pesan Rektor Unismuh*
Rektor Unismuh Dr Abd Rakhim Nanda mengawali sambutan dengan menyatakan kesyukuran Unismuh, sebab salah satu alumninya, Zulfikar Ahmad Tawalla, dipercaya oleh Presiden Prabowo Subianto sebagai Wakil Menteri Perlindungan Pekerja Migran Indonesia.
Meski demikian, Rakhim menegaskan bahwa pihaknya tidak akan membebani Zulfikar untuk membantu pengembangan Unismuh. Bagi Unismuh, kata Rakhim, jika Zulfikar berhasil menjalankan tugas negara dengan baik, itu sudah merupakan kontribusinya sebagai alumni Unismuh.
Sebagai orang tua, Rakhim memberi nasihat kepada Zulfikar, dengan mengutip Surat Al-A’raf Ayat 128-129. Ayat 128, terjemahannya, “Mohonlah pertolongan kepada Allah dan bersabarlah. Sesungguhnya bumi ini milik Allah; Dia mewariskannya kepada siapa yang Dia kehendaki dari hamba-hamba-Nya. Dan kesudahan yang baik adalah bagi orang-orang yang bertakwa.”
Lalu potongan ayat 129, “… dan menjadikan kamu sebagai khalifah di bumi, lalu Dia akan melihat bagaimana kamu berbuat.”
Belajar dari pelajaran Nabi Musa tersebut, kata Rakhim, menunjukkan pentingnya kesabaran, doa, dan kepercayaan kepada Allah sebagai kunci meraih keberhasilan.
Zulfikar yang telah diberikan jabatan, kata Rakhim, sekarang saatnya berbuat dengan kewenangan yang ia miliki untuk memperkuat pelayanan dan perlindungan kepada pekerja migran Indonesia. Sebab, jabatan yang ia emban akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah swt.
Selain memberi nasihat, Rakhim juga sedikit menyinggung capaian Unismuh Makassar. Kuliah Umum yang menghadirkan Wamen Perlindungan Pekerja Migran, sejalan dengan roadmap Unismuh saat ini yang berada pada fase menuju kampus riset dan bereputasi internasional.
“Tentu salah satu indikator kampus bereputasi internasional, adalah kemampuan alumni dalam berkompetisi di ranah global, termasuk bekerja di luar negeri dengan kapasitas profesional,” ujarnya.
Daya saing alumni Unismuh terlihat dari pemberian sertifikat kepada Unismuh dalam LLDIKTI IX Award Tahun 2024, dimana Unismuh merupakan kampus yang memiliki alumni terbanyak yang bekerja di luar negeri. Pendataan itu terungkap melalui tracer study yang dilakukan pihak Badan Penjaminan Mutu Unismuh.
“Itu baru inisiatif mahasiswa sendiri. Bagaimana jika direncanakan dengan program yang terbimbing sejak awal. Sekarang, pendampingan mahasiswa dilakukan melalui Lembaga Pengembangan Kemahasiswaan dan Alumni,” katanya.
Ia melanjutkan, ke depan, Unismuh bakal mendirikan lembaga khusus untuk mengarahkan dan membimbing alumni yang ingin meniti karir ke luar negeri.
Oleh karena itu, ia berharap Kementerian Perlindungan Pekerja Migran Indonesia dapat memberikan pendampingan untuk lembaga tersebut.
Wakil Rektor II Unismuh Makassar, Prof Andi Sukri Syamsuri, yang bertindak sebagai penanggung jawab acara, menyampaikan rasa terima kasih kepada Wamen yang telah meluangkan waktu untuk berkunjung ke Unismuh Makassar.
Ia melaporkan bahwa kegiatan ini melibatkan partisipasi aktif 400-an mahasiswa dari berbagai fakultas di Unismuh Makassar.
“Para mahasiswa yang hadir berasal dari fakultas yang relevan dengan program yang akan disosialisasikan. Kami berharap kegiatan ini dapat memberikan pemahaman mendalam kepada mereka,” tambahnya.
Prof Andis, sapaan akrab Warek II Unismuh itu, mengungkapkan harapan besar agar para alumni Unismuh Makassar dapat meniti karier di luar negeri dengan dukungan perlindungan dari negara.
Acara ini dirangkaikan dengan sosialisasi penempatan dan perlindungan pekerja migran Indonesia, yang terselenggara atas kerja sama antara Unismuh Makassar dan Balai Pelayanan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (BP3MI) Sulawesi Selatan.
Selain Wamen Zulfikar, acara ini turut dihadiri perwakilan dari Polda Sulsel, Kantor Imigrasi Makassar, Balai Besar Pelatihan Vokasi dan Produktivitas (BBPVP) Makassar, serta Dinas Keteanakerjaan Provinsi Sulsel, menjadikannya sebagai ajang diskusi lintas sektor untuk memperkuat perlindungan pekerja migrant.***