Oleh: Usman Lonta
Anggota DPRD Sulsel Fraksi PAN
Di zaman dahulu kala hiduplah seorang raja yang sangat arif dalam mengendalikan kerajaannya.
Masyarakatnya hidup dengan tenteram, aman dan bahagia. Musibah mulai datang melanda ketika masyarakat mulai terpecah, konflik, karena kebijaksanaan sang raja mulai memihak untuk menguntungkan kolega dan keluarganya.
Kebijakan raja yang cenderung nepotis di akhir masa kekuasaannya membuat seluruh lembaga negara dikooptasi untuk memuluskan kekuasaan dinastinya.
Tak di nyana ada satu lembaga negara yang tetap ingin menjaga marwah konstitusi. Keputusannya menggegerkan jagat raya ini.
Memunculkan atmosfer demokrasi ditengah lesunya pasar kandidat pada pemilihan pemimpin lokal yang digelar secara serentak.
Ujian kerajaan ini sangat berat, koleganya gagal mempertahankan keinginan nya untuk melanggengkan digdaya dinasti dan komplotannya dalam mendominasi kandidasi pada pemilihan pemimpin lokal.
Upaya merubah aturan main pemilihan pemimpin lokal mendapatkan perlawanan sengit dari masyarakat, pekikan demonstrasi menggelegar ke angkasa, membuat kolega raja tak mampu berkutik, membatalkan niatnya melakukan revisi aturan main pemilihan pemimpin lokal.
Saatnya partai politik memanfaatkan peluang ini, melakukan reposisi, perenungan ulang untuk mendorong kader kadernya maju dalam pemilihan pemimpin lokal.
Saatnya partai politik memikirkan kepentingan pemerintahan lokal, tidak bertumpu semata mata pada kepentingan elit, parpol menjadi tempat menampung aspirasi publik, termasuk aspirasi daerah dalam menentukan pemimpin lokalnya masing- masing-masing.
Merenungkan ulang untuk tidak pada satu barisan kartel, tetapi memberi pilihan yang banyak bagi masyarakat pada untuk menentukan pemimpinnya sendiri.
Sebagai masyarakat sipil, masih ada secercah harapan untuk menyehatkan demokrasi, memanfaatkan keputusan lembaga negara yang masih punya niat tulus membenahi bangsa ini adalah solusi terbaik untuk menekan tumbuh suburnya calon pemimpin lokal hasil kartel, vs calon boneka, dan bahkan kotak kosong.
Alangkah malangnya seorang pemimpin lokal berhadapan dengan calon yang tidak seimbang, apalagi berhadapan dengan kotak kosong.
Mungkin dengan cara melawan kotak kosong, kemenangan ada di depan mata, tetapi meskipun menang tetap tidak terhormat apalagi jika kalah, kemana muka ingin di taruh.
Jakarta, 23 Agustus 2024