Oleh: Prof Dr Eny Syatriana S.Pd.M.Pd
Guru Besar Universitas Muhamamadiyah Makassar
BERITASEMBILAN.Com-MAKASSAR. Sehingga penulis menyimpulkan salah satu upaya memperbaiki sumberdaya bangsa ialah dengan meningkatkan prestasi akademik pembelajar. Prestasi akademik ialah hasil belajar yang diperoleh pembelajar setelah jangka waktu tertentu. Prestasi akademik ini diperoleh dari berbagai mata pelajaran/kuliah yang kesemuanya memerlukan bacaan.
Tidak satupun mata pelajaran yang tidak terkait dengan membaca; membaca menjadi dominator untuk semua mata pelajaran. Membaca merupakn pintu masuk berbagai ilmu pengetahuan, dan teknologi.
Sumber daya bangsa yang dimaksud adalah bangsa Indonesia yang terdiri atas masyarakat pembelajar yang duduk di sekolah dasar, sekolah menengah, perguruan tinggi serta masyrakat lainnya; mereka harus menjadi sasaran penting, mutlak diberikan perhatian sebesar-besarnya agar mereka suka membaca, mencintai buku sehingga pada akhirnya dapat tercipta bangsa pembaca (a nation of readers), menjadi sumber daya manusia yang handal.
Rendahnya indeks prestasi pembelajar banyak disebabkan oleh rendahnya kemampuan membacanya. Ada keterkaitan antara pemahaman membaca dan hasil belajar pembelajar. Smith (2002:214) menyatakan bahwa “For one thing, we know it is higly related to academic grades.
” Di dalam buku teks, pembaca sering sukar menghubungkan arti dengan lambing kata, sukar menghubungkan arti dengan lambing kata, sukar mengevaluasi arti yang diberikan berdaasarkan konteks, sukar memilih arti kata yang tepat , sukar mengorganisir ide atau gagasan Kegiatan-kegiatan ini merupakan penghambat di dalam memahami teks bacaan.
Pemaahaman yang sukar terhadap ide penulis yang dituangkan di halaman cetak juga terjadi karena kurangnya motivasi membaca, ketidak keterampilan menggunakan strategi membaca, kebiasaan membaca kurang baik, sikap membaca yang tidak efektif, dan minat membca yang rendah.
Pada sikap membaca terjadi interaksi antara pembaca dan buku teks. Sikap membaca ini berbeda-beda pada setiap pembaca. Minat dan sikap sangat berhubungan erat. Sikap menggambarkan redisposisi umum, dan minat berada dalam redisposisi yang umum ini. Kadang-kadang minat didefinisikan sebagai sikap positif terhadap sesuatu objek. Banyak penulis menyatakan bahwa minat baca mempengaruhi kemampuan membaca, Smith & Dechant (1961:275) yang menekankan “the importance of reader’s interest in promoting ability to read.”
Pada masyarakat yang makin kompleks, membaca berperan penting dalam memenuhi kebutuhan setiap pribadi dan dalam meningkatkan kesadaran dan pertumbuhan social. Membaca tidak hanya sekedar proses belajar mekanik untuk mengenal dan memaknai kata, tetapi juga terkait dengan efek pembentukan prilaku pembaca. Membaca, bukan sesuatu yang dapat dikuasai dalam waktu secakap, tetapi ia adalah keterampilan yang secara terus menerus diperbaiki melalui praktek.Proses pengamatan, interpretasi, dan evaluasi terjadi dengan cepat dalam pikiran pembaca.
Jumlah waktu yang digunakan bukan unsur yang penting, tetapi yang penting adalah partisipasi aktif dari pembaca. Banyak penelitian menunjukkan bahwa peranan guru sangat penting bagi pembelajar menjadi pembaca yang baik. Malmquist (2023:142-155) menyatakan bahwa “Studies indicate that the teacher is a more important variable in reading instruction than are the teaching methods and instructional materials.
“Selanjutnya GoldBecker (1975:4) menekankan bahwa guru memegang peranan penting dalam program membaca dengan mengatakan “The salient point remains that no reading program operates by itself. The teacher is still the single element who can determine success or failure of a reading program no matter where its emphasis lies.
“Oleh karena itu, seorang guru sangat perlu memahami tentang hakekat pengajaran (teaching), metode pengajaran termasuk strategi belajar mengajar, dan pengetahuan tentang siswanya. Selanjutnya seorang guru harus memiliki pengetahuan tentang teori belajar, dan semua informasi yang berkaitan dengan perkembangan pembelajar.
Gagasan/rekomendasi peningkatan gerakan membaca Ada beberapa pihak yang terlibat dalam upaya menggerakkan tindakan membaca bagi bangsa, yaitu:
1.Orangtua
Membaca adalah fenomena budaya yang perkembangannya dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain rumah dan lingkungan keluarga. Orang tua dan lingkungan keluarga memberikan pembelajaran pertama dan sekaligus mereka adalah guru pertama dalam membaca. Oleh karena itu, orang tua seharusnya memberi waktu anaknya membaca, menyediakan buku-buku bacaan yang disukainya, serta menjadi teladan dalam membaca atau sebagai orang tua yang senang membaca. Orang tua dapat menciptakan suasana yang memungkinkan anak membaca sekaligus mencintai kata, tulisan-tulisan atau buku-buku bacaan.
2.Guru/Dosen
Guru diharapkan memelihara suasana kelas yang disiplin, penuh semangat dan gairan membaca dan lingkungan kelas yang menjaga ketertarikan, minat, dan kebiasaan anak membaca. Selain itu, menjadikan membaca sebagai hiburan/rekreasi bagi pembelajar seharusnya menjadi tujuan penting bagi guru di sekolah.
3.Sekolah
Tiap tahun pendidikan sebaiknya memiliki perpustakaan dengan pengelolaan (management) yang baik dan berbagai jenis bahan bacaan yang menarik sesuai dengan tingkat pendidikan anak. Ruang kelas sekolah perlu dilengkapi dengan book stand sebagai tempat buku bacaan anak.
4.Pembelajar
Pembelajar seharusnya meluangkan waktunya banyak membaca bebaas (independent reading). Membaca bebas, apa di sekolah atau di luar sekolah bermanfaat dalam meningkatkan kemampuan membaca. Independent reading porsinya sebaiknya dia atas porsi mengerjakan latihan-latihan melengkapi pada buku kerja (workbook) atau lembar kegiatan siswa (skill sheets).
Anderson (1985:119) menyarankan agar “children should spend less time completing workbooks and skill sheets” Selain itu, latihan menulis dapat pula dikerjakan karena dapat meningkatkan kemampuan membaca. Kompetensi membaca memerlukan waktu latihan dan suasana pembelajaran yang mendukung. Membaca menjadikan anak dan bangsa pintar dan cerdas.
5.Pemerintah
Manusia lahir dilengkapi dengan potensi membaca; oleh karena itu, program gerakan membaca sebaiknya dimulai di rumah oleh orang tua, lalu di sekolah oleh guru, kemudian di masyarakat umum (citizen) oleh pemerintah. Untuk merealisasikan ini, pemerintah baik pusat maupun daerah direkomendasikan menyediakan sarana dan prasarana membaca yang memadai.
Idealnya, perpustakaan sebagai taman bacaan warga dibangun pada setiap kecamatan dengan koleksi buku bermutu dan menarik seusai dengan tingkatan pendidikan anak. Pengelolaan perpustakaan didisain sedemikian rupa sehingga dapat memberikan suasana pembelajaran oleh pengunjungnya karena adanya daya tarik atau pesona yang dimiliki perpustakaan yang mempunyai daya tarik baca.
Perlu ada keseriusan dari pemerintah untuk membuat program nasional, Indonesia Gemar Membaca dengan membentuk komisi membaca (commission on reading) bersama perguruan tinggi pendidikan di Indonesia. Menjadikan Indonesia sebagai negara gemar membaca seharusnya menjadi tujuan utama pemerintah.
Untuk merealisasikan Indonesia sebagai a nation of readers, guru yang terbaik dan pemerintah yang bijaksana seharusnya berperan aktif mengerakkan program gerakan membaca di seluruh wilayah nusantara. Hanya dengan partisipasi guru yang baik di sekolah di seluruh wilayah nusantara dan pemerintah yang bijaknsana yang dapat menuntun bangsa gemar membaca.
Dalam menyukseskan program pemerintah kota, Gerakan Makassar Gemar Membaca serta dalam mewujudkan makassar sebagai kota pendidikan, Pemerintah Kota atau lembaga pendidikan terkait sebaiknya bekerja sama dalam menggerakkan program tersebut dengan berbagai kegiatan survey atau penelitian yang akan melahirkan beberapa rekomendasi untuk ditindak lanjuti bersama sehingga tujuan program tersebut dapat tercapai.
Program Gerakan Makasaar Gemar membaca perlu selalu digerakkan atau dikembangkan. Akhirnya, secara ringkas saya kemukakan bahwa unsur-unsur model pengembangan yang dapat menjadikan a nation of readers adalah: (1) pemerintah yang bijak, (2) guru yang baik, (3) sarana dan prasarana yang memadai, (4) partisipasi masyarakat yang maksimal, termasuk orang tua dan pembelajar. Mereka seharusnya menjadi satu team yang kompak dan padu dalam mewujudkan a nation of readers.
Sehingga rekomendasi yang terlihat pada lima negara dengan literasi yang tertinggi bisa diadopsi untuk mencerahkan bangsa Indonesia sebagai paradigma baru dalam bertrasformasi pada Pendidikan tinggi dapat tercapai dengan upaya kosnsistensi dilakukan sebagai investasi Pendidikan Tinggi semakin meningkta dalam rangka tujuan pembenagunan yang berkelanjutan (SDGs). (habis) ***